Connect with us

Kota Banjarmasin

Tiga Pembicara Luar Negeri di FKIP ULM Bahas Transformasi Multibudaya

Diterbitkan

pada

PEMBICARA LUAR NEGERI, Jurusan Pendidikan IPS FKIP ULM menggelar seminar internasional hadirkan pembicara dari luar negeri. Foto : ammar

BANJARMASIN, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin menggelar acara “The 1st Internasional Conference on Sosial Science Education 2017” mengusung tema “Multicuturalism Transformation in Education Sosial Sciences and Wetland Environment”. Yang terdiri dari 3 Agenda Workshop on Rearch Strategis of Cross Sosial Studies and Scientific Publication, Internasional Seminar dan Presentation of Multiculturalism, Sabtu (4/11).

Seminar internasional ini yang mendatangkan pembicara dari luar negeri diantaranya Prof Dr Peter Carey (Inggris), Dr Tod Janes (Australia) dan Dr Jalaludin Abdul Malek (Malaysia) yang berbicara tentang transformasi keanekaragamaan budaya (multikulturalism transformation). Dihadiri dari 500 peserta, 50 tamu undangan dan pemakalah dari akademisi seluruh Indonesia. Acara dibuka oleh committe steering Dr Deasy Arisanty SSi MSc dan dekan FKIP ULM Prof DR Wahyu MS.

Prof Drs Sutarto Hadi yang didapuk menjadi keynote speeker pada seminar ini mengatakan, Indonesia harus terus memperbarui model pembelajaran di sekolah. Hal ini dapat membantu transformasi pendidikan dan kualitas masyarakat Indonesia. Bisa diterapkan sejak dini yang dan terus memperhatikan perilaku saat proses belajar mengajar.

Prof Dr Peter Carey mengupas tentang masa muda seorang Pangeran Diponegoro yang bergelut dengan kehidupan desa, sawah dan petani. Sebagai seorang anak bangsa yang cerdas serta cermat di tengah kurangnya pendidikan formal, hidup diantara 55% binatang dan 75% hutan belantara ternyata tidak menyulutkan Pangeran Diponegoro untuk terus menimba ilmu kala itu.

Sementara itu, Dr Tod Jones mengatakan, tenaga pendidik yang dapat membentuk kebinekaan budaya pada saat ini ialah transisi demografi, migrasi dan urbanisasi serta keanekaragaman budaya di Indonesia terlihat pada sejarah, kontemporer dan isu-isu masa kini dan masa depan.

Lain halnya yang diungkap Prof Jalaluddin Abdul Malek, transformasi keanekaragaman budaya terlihat dari masyarakatnya yang punyak keterbukaan akan kemajuan teknologi saat ini. Perlunya berkesinambungan terhadap pengembangan transformasi dari suatu lingkungan untuk masyarakat yang bisa jalan di era sekarang.

“Dalam hal ini masyarakat tidak selalu bergantung pada sisi tradisional saja, tetapi harus bisa masuk ke era modern,” kata Jalaluddin.(ammar)


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->