Connect with us

HEADLINE

Tembus 1.033 hanya 72 Hari dari Temuan Kasus Pertama, Sebaran Covid-19 di Kalsel Sangat Masif!

Diterbitkan

pada

Laju kasus Covid-19 di Kalsel cukup masif dibandingkan provinsi lain di Kalimantan/ilustrasi Foto: okezone

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU– Sebaran kasus Covid-19 di Kalimantan Selatan (Kalsel) sangat masif. Hanya perlu waktu 72 hari dari temuan pertama pasien positif pada Minggu (22/3/2020) lalu, kini angka Covid-19 di Kalsel sudah mencapai 1.033 kasus. Sementara itu, belum ada indikasi kurva kasus ini melandai atau bahkan turun. Sampai kapan?

Prediksi bahwa jumlah kasus Covid-19 di Kalsel akan mencapai ribuan, sudah diprediksi jauh hari sebelumnya. Pakar emidemologi yang juga Direktur RSJ Sambang Lihum Kalsel dr IBG Dharma Putra, mengatakan berdasarkan hasil kajian epidemiologis, didapat angka sebesar 2.100 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19. Dari 2.100 orang itu, 15.750 orang merupakan orang tanpa gejala. Padahal, prediksi tersebut disampaikan Dharma ketika saat itu angka kasus positif di Kalsel baru mencapai 400 kasus.

Masifnya Covid-19 di Kalsel ini memang cukup menghawatirkan. Bahkan dibanding provinsi tetangga seperti Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Timur (Kaltim) yang lebih dulu mengkonfirmasi kasus pertama Covid-19, kini jumlah kasus Kalsel dua hingga tiga kali lipat.

Dari data yang dihimpun Kanalkalimantan.com, per Rabu (3/6/2020), jumlah kasus Covid-19 di Kalimantan Barat (Kalbar) tercatat 202 kasus, Kalimantan Timur sebanyak 310 kasus, Kaliamantan Tengah (Kalteng) sebesar 456 kasus, dan Kalimantan Utara (Kaltara) ada 165 kasus positif.

Diakui Dharma, Covid-19 merupakan penyakit mahal dan sulit. Artinya, dari 5.250 orang misalnya yang terpapar, dibutuhkan waktu 2,5 bulan jika ingin benar-benar mengonfirmasi dan memastikan bahwa orang tersebut benar-benar positif Covid-19.

Sehingga, lanjut Dharma, waktu 2,5 bulan akan menjadi waktu terbuang menjadi sumber penularan, karena tidak pasti. Sementara, laboratorium yang ada di Kalsel hanya mampu memeriksa 100 sampel dalam sehari.

Sebelumnya juga, akademisi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Dr. M. Ahsar Karim memaparkan, dalam kajian permodelan penyebaran Covid-19 berdasarkan perhitungan Matematika juga memprediksi puncak kasus Covid-19 di Kalimantan Selatan. Baik itu puncak infeksi maupun puncak kematian akibat Covid-19.

Kajian dilakukan dengan estimasi parameter pada permodelan SIR yang mengakomodir kasus kematian pada data dengan didukung beberapa metode. Yaitu, Metode Runge Kutta dan Metode Kuadrat Terkecil Nonlinear.

Dari hasil analisis data dan model diperoleh laju penularan penyakit melalui kontak sebesar 𝛽 = 0.1050, laju kesembuhan dari infeksi penyakit sebesar 𝛾 = 0.0178 dan laju kematian karena terinfeksi sebesar 𝜇 = 0.0128.

Dari set parameter tersebut diperoleh Bilangan Reproduksi Dasar R0 ≈ 3, yang artinya dari 1 orang terinfeksi Covid-19 dapat menularkan kepada 3 individu lainnya. Sedangkan hasil prediksi menunjukan bahwa kasus terinfeksi dapat mencapai 37,82% dan kematian 0,49 % dari jumlah penduduk yang tetap beraktivitas normal di masa PSBB.

Hal itu diperkirakan terjadi pada pekan ke-2 bulan Agustus hingga pekan ke-1 bulan Oktober 2020 mendatang. Saat itu, kemungkinan terburuknya jutaan warga Kalsel tertular virus mematikan dari Wuhan, China itu. “Puncak infeksi yang kami prediksi, itu dibagi berdasarkan enam skenario,” kata Dr. Ahsar, Rabu (27/5/2020) kepada Kanalkalimantan.com.

Skenario pertama, jika satu persen masyarakat tetap beraktivitas normal seperti biasa dan di dalamnya ada orang yang suspect Covid-19, maka puncak kasus infeksi terjadi di pekan kedua bulan Agustus 2020. Ini didapat berdasarkan data dan model SIR (Suspectable, Infected dan Recovered) yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ahsar.

Kemudian, pada skenario kedua, jika empat persen masyarakat masih beraktivitas normal, diprediksi angkanya menjadi cukup lama dan waktunya cukup lama. Puncaknya akan terjadi di pekan keempat bulan Agustus 2020. “Demikian seterusnya sampai dengan 80 persen beraktivitas normal dan itu ngeri sekali, kami tidak berani memprediksi jika 100 persen normal,” ungkapnya.

Puncaknya, jika 80 persen masyarakat beraktivitas normal, maka puncak infeksi dari Covid-19 terjadi di pekan pertama bulan Oktober 2020 dengan jumlah yang cukup besar. Atau mencapai 1.283.600 jiwa terpapar Covid-19.

76 Persen Tanpa Gejala
Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (P2) Covid-19 Kalimantan Selatan mengungkapkan temuan kasus Covid-19. Sehingga, menjadikan Kalsel mencatat jum mencapai 1.033 kasus pada Rabu (3/6/2020) sore.

“Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 bertambah jumlahnya sebanyak 64 kasus. Oleh karena itu, saat ini jumlah kasus yang ada di Kalsel sebanyak 1.033 kasus,” kata Juru Bicara Tim Gugus Tugas P2 Covid-19 Kalsel Muhamad Muslim di Banjarbaru, Rabu (3/6/2020) sore.

Dari total 64 kasus baru ini, sebanyak 11 kasus diantaranya berasal dari pasien dalam pengawasan (PDP). Dengan rincian 6 kasus di RSUD Ulin Banjarmasin yang berasal dari Kota Banjarmasin, satu kasus dari RSUD H Boejasin Pelaihari.

“Kemudian tiga kasus dari RS Bhayangkara Banjarmasin asal Banjarmasin, satu kasus dari RSUD Moch Ansari Saleh Banjarmasin,” beber Muslim.

Sisanya, sebanyak 51 kasus merupakan hasil tracing yang dilakukan oleh Tim Surveilans Epidemiologi di daerah. Dengan rincian 7 kasus dari Kabupaten Barito Kuala, 18 kasus dari Kabupaten Tanahlaut, dan satu kasus dari Kota Banjarbaru. “Ada 25 kasus (hasil tracing) dari Kota Banjarmasin,” lugas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel ini.

Saat ini, dari 1.033 kasus positif Covid-19 yang tercatat, sebanyak 841 kasus menjalani perawatan maupun menjalani karantina khusus. Di mana, sebanyak 202 kasus menjalani perawatan di beberapa rumah sakit di Kalsel. “639 kasus lainnya menjalani perawatan dalam karantina khusus. Atau sebesar 75,98 persen,” kata Muslim.

Sehingga, lanjut Muslim, dapat digarisbawahi bahwa dari temuan kasus berdasarkan hasil tracing, sebagian besar tidak ditemukan gejala-gejala yang berarti. Atau hanya memiliki gejala ringan. “Jadi kasus sebesar 75,98 persen ini adalah kasus yang saat ini tidak mengalaminya gejala yang berarti. Sedangkan 202 kasus lainnya memerlukan berbagai perawatan baik perawatan secara intensif maupun perawatan lainnya di beberapa rumah sakit,” tegas Muslim. (Kanalkalimantan.com/fikri)

Reporter : Fikri
Editor : Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->