Connect with us

VOA

Selamatkan Lingkungan, Gerakan Tanpa Sedotan Plastik Mulai Nge-Trend di Masyarakat

Diterbitkan

pada

Grafis sampah sedotan plastik Foto : katadata

Bak gayung bersambut, kini Febrian pun bekerja sama dengan salah satu produsen sedotan stainless dimana sebagian penjualannya akan disumbangkan ke bidang konservasi yang membutuhkan.

“Surprisingly, ternyata Indonesia salah satu penyumbang sampah sedotan plastik top 4 di dunia ke laut. Kadang kan orang mikirnya ah pakai sedotan plastik gak apa-apa kali, orang kecil doang, ya betul. Tapi bayangkan kalau satu orang saja dari sekian jutaan penduduk bumi tiap hari menggunakan sedotan plastik, ya akan jadi sampah juga. Sementara sampah plastik ini kan susah untuk diuraikan. Akhirnya aku bikin movement kecil-kecilan awalnya sih sendiri aja, ah coba deh cari stainless straw untuk aku bisa pakai berulang kali. Terus sampai akhirnya aku encourageorang-orang untuk pakai itu dan aku kerjasama dengan satu penjual sedotan juga untuk menjual sedotan stainless yang penjualannya itu didonasikan untuk area konservasi yang membutuhkan,” jelas Febrian.

Febrian pun kini sebisa mungkin berkomitmen untuk selalu menjaga lingkungan. Setelah tidak lagi menggunakan sedotan plastik, kini dirinya berusaha untuk tidak menggunakan kantong plastik ketika sedang berbelanja. Selain itu Febrian pun selalu membawa tumbler atau botol minuman sendiri kemana pun dia pergi.

Ia berharap langkah kecilnya dapat ikut menyelamatkan lingkungan.Lebih jauh Febrian mengapresiasi sejumlah restoran yang sudah mulai menghilangkan penggunaan sedotan plastik yang menurutnya ikut mendidik masyarakat secara langsung.

 Greenpeace Indonesia : Kampanye #MulaiTanpaSedotan Saja Tidak Cukup

Meskipun demikian juru kampanye Urban “Greenpeace Indonesia” Muharram Atha Rasyadi menilai bahwa gerakan untuk mulai tidak menggunakan sedotan sebenarnya tidak cukup efektif untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan yang ada. Menurutnya restoran cepat saji yang menggerakkan penghentian penggunaan sedotan plastik masih tetap menggunakan bahan atau material yang tidak ramah lingkungan baik untuk kemasan, tempat makan dan tempat minuman produk restoran tersebut. Padahal restoran cepat saji memiliki kemampuan lebih besar dibanding sekedar menghentikan penggunaan sedotan plastik.

“Jadi kita melihat sebenarnya kalau inisiatifnya untuk mengurangi, seharusnya mereka bisa lebih dari sekedar hanya menghilangkan sedotan. Cuma kita lihat bahwa, paling tidak kita berharap bahwa dengan adanya kebijakan ini masyarakat lebih aware dan jadi perbincangan, jadi masyarakat sedikit demi sedikit mulai peduli dan ya walaupun belum benar-benar bisa terhindar 100 persen, tapi minimal sudah coba pelan-pelan untuk mengganti kebiasaannya,” kata Atha.

Menurut Atha, pemerintah harus lebih giat lagi meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup. Ia mencontohkan kebijakan plastik kantong berbayar yang pernah dikeluarkan beberapa waktu lalu, yang secara tidak langsung memaksa masyarakat untuk membawa tas kanvas ketika berbelanja. Kampanye yang baik ini menurutnya harus diikuti dengan infrastruktur yang memadai, seperti infrastruktur untuk mendaur ulang sampah.

Perusahaan Didesak Gunakan Produksi Barang Tanpa Bahan Plastik

Selain itu pihak korporasi atau swasta yang memproduksi barang yang menggunakan bahan-bahan plastik juga harus didesak untuk mencari formula produksi barang tanpa bahan plastik, dengan menemukan bahan yang lebih ramah lingkungan.

“Dari sekian banyak perusahaan ini yang jadi fokus mereka itu sebenarnya lebih ke arah daur ulang atau recycle. Jadi mereka menganggap masalah plastik ini serius dan ingin menyelesaikannya dengan inisiatif daur ulang, sedangkan kita melihat ya tidak cukup dengan hanya daur ulang saja, karena secara global saja hanya sembilan persen sampah plastik yang bisa didaur ulang, apalagi kita di Indonesia angkanya di bawah itu. Apalagi kita untuk daur ulang masih mengandalkan sektor informal, pemulung dan sebagainya. Belum ada masuk ke sistem formal pemerintahan,” jelasnya.

Jadi menurutnya, selain gerakan untuk tidak menggunakan sedotan plastik lagi, masyarakat harus melakukan sebuah gerakan yang lebih besar lagi untuk memberikan dampak yang lebih besar untuk menyelamatkan lingkungan hidup.

Dengan kebijakan pemerintah yang lebih tegas dan infrastruktur daur ulang yang ada, Atha yakin kampanye apapun -termasuk kampanye menghentikan penggunaan sedotan plastik – akan berdampak besar dalam upaya menyelamatkan lingkungan hidup. (gi/em/voa/kk)

Reporter : Gi/em/voa/kk
Editor : KK


Laman: 1 2

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->