Connect with us

Kesehatan

Peringatan! Polusi Udara Dapat Naik Kembali ke Tingkat sebelum Pandemi

Diterbitkan

pada

Ilustrasi polusi udara. (Shutterstock)

KANALKALIMANTAN.COM – Pandemi virus Corona (Covid-19) membuat polusi udara berkurang karena adanya aturan lockdown. Satelit memantau perubahan selama setahun terakhir karena banyak orang di berbagai negara tinggal di rumah dan pabrik ditutup.

Namun, Badan Antariksa Eropa (ESA) memperingatkan pada Senin (15/3/2021) bahwa tingkat nitrogen dioksida telah kembali ke tingkat sebelum Covid-19 terjadi di China.

Menurut para ahli, nitrogen dioksida ditelusuri dari pembakaran bahan bakar serta emisi dari kendaraan dan pembangkit listrik.

Gas tersebut dapat menyebabkan iritasi paru-paru, hujan asam, dan kualitas udara yang berkabut.

 

Baca Juga:
Daya Tampung dan Peminat Prodi/Jurusan di ULM, Ternyata Ini Paling Banyak Dicari!

Menggunakan satelit Copernicus Sentinel-5P, ESA memusatkan perhatian pada China dan melacak tingkat nitrogen dioksida di negara tersebut antara 2019 dan 2021.

China menerapkan lockdown ketat pertamanya di Wuhan pada Januari 2020 dan segera memperluas pembatasan ke lebih banyak wilayah.

Tingkat nitrogen dioksida di China. [ESA]

Tindakan tersebut juga diikuti negara lain untuk mencoba memperlambat penyebaran virus.

“Sekarang, setelah lebih dari satu tahun kemudian, karena pembatasan telah berkurang, tingkat rata-rata polutan udara telah pulih dan meningkat lagi,” kata ESA dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNET, Rabu (17/3/2021).

Sebagai bukti konkret, ESA telah merilis serangkaian peta satelit yang menunjukkan tingkat nitrogen dioksida yang terlihat dalam warna merah di China tengah dan timur mulai dari Februari 2019, Februari 2020, dan Februari 2021.

Baca Juga:
Jelang Ramadhan, Ketersediaan Bahan Pokok di Kalsel Jadi Prioritas!

Secara keseluruhan, perubahan warna dalam peta tersebut sangat mencolok.

Menurut Claus Zehner, manajer misi ESA Copernicus Sentinel-5P, mengatakan bahwa polusi udara diperkirakan akan meningkat kembali.

“Meskipun kondisi cuaca dapat memengaruhi konsentrasi nitrogen dioksida, aturan lockdown telah memainkan peran besar dalam penurunan dan peningkatan polusi udara,” ucap Zehner.

Penurunan polusi yang mencolok selama pandemi mendorong beberapa anggota parlemen dan pemerhati lingkungan untuk mendorong lebih keras tindakan udara bersih.

Mengingat China telah menjadi salah satu negara pertama yang melonggarkan lockdown, pola polusi udara yang terlihat mengalami peningkatan di sana kemungkinan besar juga akan dicerminkan oleh negara-negara lain di dunia.

ESA memprediksi dalam beberapa minggu dan bulan mendatang, peningkatan konsentrasi nitrogen dioksida juga akan terjadi di seluruh Eropa. (suara.com)


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->