Connect with us

NASIONAL

Perang Benih Lobster Edhy Prabowo Vs Susi Pudjiastuti Makin Panas

Diterbitkan

pada

Susi Pudjiastuti. Foto : net

Perdebatan antara Susi Pudjiastuti dan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo masih berlanjut. Kali ini Susi membantah pernyataan Edhy yang menyamakan ekspor benih lobster dengan nikel.

Menurut Susi, nikel adalah benda mati dan tidak sama seperti lobster yang bisa berkembang biak. Hal ini disampaikan Susi melalui kicauan di akun Twitter pribadinya, @susipudjiastuti.

“Nikel itu benda mati tidak bisa beranak pinak diambil akan habis. Lobster itu mahluk hidup bernyawa, berkembang biak/ beranak pinak. Kita jaga habitat & keberlanjutan bibit-bibitnya di alam pasti Lobster itu akan tetap ada, banyak sepanjang masa untuk kita ambil, makan & jual,” tulis Susi, Selasa (17/12/2019).

Lobster, menurut Susi, merupakan sumber daya alam yang reneawble maka dari itu negara wajib menjaganya.

“(Lobster) salah satu dari sedikit SDA laut yang bisa diakses/ ditangkap dengan mudah oleh pancing, bubu dari para nelayan kecil di pesisir. Pengambilan tidak perlu dengan kapal besar/alat modern lainnya. Negara wajib menjaga sumber livelyhood nelayan kecil ini dengan benar & baik,” kata Susi.

Wanita kelahiran Pangandaran ini berkeyakinan bahwa pengelolaan lobster yang dilakukan dengan instan, ekstraktif dan masif harus dilarang.

“Apalagi pengambilan plasma nutfahnya. Its A NO NO!” ucap Susi

Ia mengingatkan penurunan jumlah lobster hasil tangkapan nelayan yang terjadi di Pangandaran, Pelabuhan Ratu, Jogja, Jawa Timur, Jawa Tengah hingga Sumatera.

“Sebelum tahun 2000an Lobster ukuran lebih dari 100 gram di Pangandaran & sekitarnya pada saat musim bisa 3 sd 5 ton per hari. Sekarang 100 kg/ hari saja tidak ada,” kata Susi.

“Satu nelayan pancing bisa dapat 2kg sd 5kg/hari. Sekarang mereka hanya dapat 1 atau 2 ekor saja. Lobster telah berkurang banyak (emotikon),” imbuhnya.

Susi pun membandingkan pengelolaan lobster yang dilakukan oleh negara-negara lain.

“Australia, India, Cuba dll yang ada Panulirus Hommarus (jenis lobster) mereka tidak ambil bibitnya, mereka ambil size tertentu saja. Australia min 1 pound & max size juga diatur. Yang besar bisa jadi indukan yang produktif. Mereka tidak budidayakan bibit, tidak ekspor bibit. Apakah karena mereka lebih bodoh dari kita?” ungkapnya.

Sederet kicauan Susi ini telah mendapatkan banyak respon dari warganet. Ada sekitar 800-1000 like yang diberikan warganet pada cuitan-cuitan tersebut.

Warganet yang berkomentar di cuitan thread tersebut pada umumnya mendukung protes yang dilakukan Susi.

Misalnya, komentar yang ditulis @Joenokia3, “Teruslah mengkritisi kebijakan yang merugikan banyak rakyat. Sehat selalu bu Susi”.

Akun @budisukaisih juga berkomentar, “Analogi lobster vs nikel, itukah logika dari seorang menteri? Cerdas sekali beliau. Bu susi, jangan kendor, tetaplah bersuara walaupun di luar pagar tapi tetap bersama rakyat Indonesia”.

Untuk diketahui, Susi Pudjiastuti dibuat geram dengan wacana ekspor benih lobster yang bakal diterapkan Menteri Perikanan dan Kelautan (KKP) Edhy Prabowo.

Bukan tanpa asalan, semasa menjabat sebagai Menteri KKP, Susi mengeluarkan kebijakan larangan ekspor benih lobster melalui Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 1/2015 tentang Penangkapan Lobster, Kepiting dan Rajungan. Namun kebijakan tersebut rencananya akan dihapus.

Alhasil, Susi kerap melayangkan protes tentang kebijakan tersebut lewat media sosial. Mulai dari mengunggah ulang komentar warganet yang sependapat dengannya hingga menjelaskan jumlah kerugian negara akibat kebijakan ekspor benih lobster. (suara.com)

Reporter : Suara.com
Editor : Bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->