Connect with us

Kalimantan Tengah

Meninggal Dunia Keracunan Massal Santap Kue Ipau, BBPOM Palangkaraya Turun Lapangan

Diterbitkan

pada

BBPOM Palangkaraya menurunkan tim untuk menelusuri penyebab kasus keracunan massal yang merenggut korban jiwa di Kabupaten Kotawaringain Timur (Kotim). Foto : ist

KANALKALIMANTAN.COM, SAMPIT – Balai Besar Pengawasan Obat Makanan (BBPOM) Palangkaraya menurunkan tim untuk menelusuri penyebab kasus keracunan massal yang merenggut korban jiwa di Kabupaten Kotawaringain Timur (Kotim).

Ketua Tim Kerja BBPOM Palangkaraya Wiwik Wiranti mengatakan, tim BBPOM mengambil sampel bahan makanan, yang diduga menyebabkan sekitar 40 orang keracunan, di wilayah Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotim.

“Kami mengambil sampel bahan bakunya, seperti daging sapi, kentang, dan wortel serta airnya. Ini akan kami periksa di laboratorium di Palangkaraya. Jadi, sampel yang kami ambil ini adalah sampel yang belum diambil Dinas Kesehatan Kotim,” katanya, di Sampit, Minggu (2/4/2023).

Berdasarkan data Dinkes Kotim, ada sekitar 40 orang yang mendapat pertolongan medis karena mengalami gejala serupa keracunan setelah mengonsumsi kue ipau yang dibeli di tempat penjualan kuliner Ramadhan di Kecamatan Baamang pada Rabu (29/3/2023) malam.

 

Baca juga: Adu Lari Telanjang Kaki Diselipi Judi di Ibu Kota Provinsi

Di antara warga yang diduga keracunan makanan ada satu orang yang meninggal saat dibawa ke RSUD dr Murjani Sampit.

Saat ini masih ada 17 orang yang menjalani perawatan di rumah sakit tersebut karena mengalami gejala serupa keracunan setelah makan kue ipau.

Petugas Dinkes Kotim sudah mengambil sampel kue yang dikonsumsi oleh korban untuk diperiksa di laboratorium.

Aparat Kepolisian Resor Kotawaringin Timur juga mengambil sampel sisa kue untuk menyelidiki penyebab keracunan.

Wiwik menambahkan, tidak hanya memeriksa sampel bahan makanan, petugas BBPOM juga meminta penjelasan dari pelaku usaha mengenai proses pembuatan kue ipau yang diduga menyebabkan sejumlah warga mengalami keracunan.

BBPOM setidaknya membutuhkan waktu satu hingga dua pekan untuk menelusuri penyebab keracunan massal.

Baca juga: Masalah Pengemis di Banjarbaru, Wali Kota Aditya: Jangan Beri Mereka di Jalan

“Kalau dari gejala yang disampaikan itu kemungkinan mikrobiologi. Mikrobiologi itu erat kaitannya dengan higiene dan sanitasi, mulai dari tempat pengolahannya, cara mengolah makanannya, juga bahan baku dan bahan pengemasnya,” ujar dia.

Setelah memeriksa penyebab keracunan, Wiwik mengatakan, BBPOM akan melakukan pembinaan kepada produsen makanan dan pedagang agar mereka memahami tata cara menyiapkan, mengolah, mengemas, dan menyajikan makanan secara sehat dan aman.

Tidak hanya, memeriksa sampel makanan yang dijajakan di wilayah Kecamatan Baamang, BBPOM mengambil sampel makanan di sejumlah pasar Ramadhan di Sampit untuk diperiksa.

BBPOM, kata Wiwik, selama tahun 2022 menjalankan Program Desa Pangan Aman dan Pasar Pangan Aman di Kotawaringin Timur.

“Pembuat dan pedagang makanan diminta selalu menjaga kebersihan ruang produksi, kebersihan diri pengolah makanan bahan baku, bahan pengemas. Pedagang diingatkan jangan menggunakan koran maupun alas bekas untuk alas makanan karena rawan terkontaminasi bibit penyakit,” pungkasnya.

Dinkes Kotim sebelumnya menyampaikan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan awal, bakteri Ecoli ditemukan pada sisa kue yang disantap oleh warga yang diduga mengalami keracunan.

Baca juga: Ngoplos Alkohol dan Lem Fox, 6 Lelaki di Cempaka Dibawa Polisi

“Kami mengambil sampel 28 dan 29 Maret. Hasil sementara, ditemukan ada Ecoli di kue tersebut,” sebut Kepala Dinas Kesehatan Kotim, Umar Kaderi. (Kanalkalimantan.com/Suara.com)

Editor : kk


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->