Connect with us

RELIGI

Makam Datuk Kalampayan Wisata Religi yang Tak Pernah Sepi

Diterbitkan

pada

Tak pernah sepi, jamaah selalu padati kubah datuk Kalampayan Foto: ron

MARTAPURA, Salah satu Obyek wisata religius yang ada di Kabupaten Banjar, yakni makam Syekh Muhammad Arsyad Albanjari ( Datu Kalampayan ) yang berada di desa Kelampayan Tengah Kecamatan Astambul, tak pernah sepi dari para peziarah. Minggu (11/2) pagi, ribuan jamaah yang datang dari berbagai penjuru ini nampak memadati areal kubah guna mencari berkat dari Wali Allah tersebut.

Kanalkalimantan.com yang mendatangi wisata religi yang dimiliki oleh Kabupaten Banjar ini, menemukan banyak kemajuan di sana. Seperti lebarnya jalan desa menuju kubah, yang membuat pengguna jalan bisa senyaman mungkin mengendarai kendaraan bermotor. Kondisi ini tidak seperti sebelumnya yang acapkali macet dan antri dari depan pintu gerbang saat membayar retrebusi.

Selain itu sudah teraturnya lokasi parkir mobil dan motor peziarah, baik di depan halaman kubah maupun di halaman belakangnya. Hal ini tentu saja menjadi nilai tambah tersendiri bagi para peziarah yang datang ke sana.

Kebersihan lingkungan areal kubah juga tetap terjaga. Kesadaran peziarah dan pedagang sepertinya sudah mulai tumbuh dengan tidak membuang sampah sembarangan. Terlebih dengan adanya fasilitas bak sampah yang disediakan oleh pihak pengelola yang tersebar dibeberapa lokasi.

 

Lorong cukup sempit untuk menuju kubah KH, Zainal ilmi

 

Banyaknya jumlah jamaah yang datang disetiap hari libur nasional ini membuat lokasi kubah penuh dengan jamaah bahkan meluber hingga keluar. Tidak sedikit dari jamaah yang harus berdiri diluar kubah untuk antri menunggu jamaah yang lain selesai dan keluar. Di kubah Syekh Muhammad Arsyad Albanjari ini umumnya jamaah menghabiskan waktu 10 hingga 15 menit untuk membaca surah yasin, zikir, doa dan sebagainya.

Jika berziarah disini belum lengkap rasanya kalau langsung pulang. Pasalnya beberapa meter kearah belakang, dilokasi ini juga ada makam waliallah lainnya, yakni makam KH. Zainal Ilmi yang merupakan orang tua dari Syekh Muhammad Arsyad Al banjari. Namun sepertinya untuk menuju makamnya, apalagi dengan jumlah jamaah yang begitu banyak harus sedikit berjuang. Masalahnya lorong yang hanya punya lebar sekitar 2 meter ini terasa begitu sesak.

Lantaran jamaah yang sudah selesai ziarah disana keluar untuk pulang melalui lorong yang sama. Belum lagi ada jamaah yang berhenti ditengah lorong lantaran harus membeli sesuatu, karena dilorong ini, sisi kanan dan kirinya dipenuhi dengan warga yang menggelar dagangannya berupa souvenir dan sebagainya. Perlu kesabaran untuk melintas, namun bagi jamaah yang acapkali ziarah kesini, tentunya tidak akan risau karena masih ada lorong lainnya yang bisa digunakan meskipun cukup jauh.

“Uma….. bakajal banar, jalan sebelah sana haja gin tanyaman sadikit,”  ujar Nurhasanah salah seorang peziarah asal Barabai yang mengarahkan rombongannya untuk tidak melintas di lorong itu.

Namun permasalahan klasik yang sedari dulu menjadi pemandangan tak mengenakan masih saja terjadi. Puluhan warga lokal masih terlihat memanfaatkan peziarah yang melintas jalan desa untuk mengemis. Tidak saja orang dewasa namun sejumlah anak-anak usia sekolah dasar juga tak mau ketinggalan dan memanfaatkan moment tersebut dengan cara berdiri ditepi jalan dilengkapi proverti topi dan baskom ditangan mereka.

“Kebetulan saja, hari ini kan hari libur bagi mereka” ujar jamaah lainnya.

Sosok Syekh Muhammad Arsyad Albanjari memang dikenal sebagai seorang ulama yang alim dan saleh di masanya. Beliau dilahirkan di Desa Lok Gabang, Kabupaten Banjar pada 17 Maret 1710 dan meninggal dunia di desa Dalam Pagar, Kabupaten Banjar pada 13 Oktober 1812. Makamnya berada di Desa Kalampayan Tengah Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar.

Karena bermakam di Desa Kalampayan Tengah, oleh orang-orang Banjar, ulama kharismatik ini kemudian sering digelari Datuk Kalampayan. Semasa hidupnya, ulama bermazhab Imam Syafi’i ini mengabdi sebagai mufti atau tokoh agama di Kerajaan Banjar. Beliau banyak mengarang kitab fikih Islam, di antaranya adalah Kitab Sabilal Muhtadin dan Kitab Tuhfatur Raghibin. Kedua kitab ini sangat dikenal di kalangan umat Islam Kalimantan Selatan karena dijadikan nama dua masjid terkenal di Banjarmasin, yaitu Masjid Raya Sabilal Muhtadin dan Masjid Jami Tuhfatur Raghibin atau Masjid Kanas.

Kitab Sabilal Muhtadin juga dijadikan rujukan pembelajaran ilmu fikih di kawasan Asia Tenggara. Karena kekaromahannya sebagai wali Allah, sejak kematiannya ratusan tahun silam hingga sekarang makamnya tak pernah sepi dari peziarah. (ron)

Reporter: Ron
Editor: Abi Zharrin Al Ghifari


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->