Connect with us

Kanal Pustaka

“Loetoeng Kasaroeng” adalah Film Pertama yang Menampilkan Cerita Asli Indonesia

Diterbitkan

pada


Bicara tonggak sejarah film Indonesia, yang punya peran adalah film “Loetoeng Kasaroeng”. “Loetoeng Kasaroeng” dalam bahasa Indonesia artinya “Lutung yang Tersesat”. Film panjang itu bisa terwujud sebagian besar karena kepedulian Bupati Bandung saat itu, yaitu R.A.A. Wiranatakusumah V (yang lebih populer dengan sebutan Dalem Haji), yang termasuk salah satu bupati yang memang menyukai cerita-cerita legenda Sunda.

Mengapa “Loetoeng Kasaroeng” dijadikan penanda awal sejarah film di Indonesia padahal film itu dibuat oleh orang asing?

Harus diakui, film “Loetoeng Kasaroeng” yang shooting dilakukan di sebuah tempat yang jaraknya 2 km arah barat Padalarang, bukan dibuat oleh orang pribumi asli, tetapi oleh orang Belanda totok dari Batavia. Dalam pembuatannya, L. Heuveldorp bekerja sama dengan G. Krugers, seorang peranakan Indo-Belanda dari Bandung, yang bekerja sebagai Kepala Laboratorium NV Java Film Co.

Krugers adalah adik ipar raja bioskop Bandung yang terkenal, F.A.A. Buse. Dalam pembuatannya, L. Heuveldorp yang konon sudah berpengalaman di Amerika Serikat bertindak sebagai sutradara, sedangkan Krugers sebagai kamerawan.

Meski dibuat oleh orang asing, menurut J.B. Kristanto dalam Katalog Film Indonesia 1926-2005, “Loetoeng Kasaroeng” adalah film cerita pertama di Indonesia yang menampilkan cerita asli Indonesia. Perlu digarisbawahi, “Loetoeng Kasaroeng” adalah “film cerita pertama yang menampilkan cerita asli Indonesia”. Film itu seluruh pemainnya adalah asli pribumi, termasuk Martoana, Oemar, dan anak-anak Bupati Bandung Wiranatakusumah V, yang dipimpin oleh seorang guru kepala yaitu Raden Karta Barata. Film itu diputar selama sepekan, dari tanggal 21 Desember 1926 hingga 6 Januari 1927.

Film “Loetoeng Kasaroeng” diangkat dari legenda masyarakat di bumi Parahyangan yang sering ditampilkan dalam seni pantun Sunda. Film ini mengisahkan perjalanan Sanghyang Guruminda dari Kahyangan yang diturunkan ke Buana Panca Tengah (Bumi) dalam wujud seekor lutung.

Dalam perjalanannya di Bumi, sang lutung bertemu dengan putri Purbasari Ayuwangi yang diusir oleh saudaranya yang pendengki, Purbararang. Lutung Kasarung adalah seekor makhluk yang buruk rupa. Pada akhirnya ia berubah menjadi pangeran dan mengawini Purbasari, dan mereka memerintah Kerajaan Pasir Batang dan Kerajaan Cupu Mandala Ayu bersama-sama.

Kisah ini berisi nasihat bahwa janganlah memandang sesuatu dari kulitnya saja. Purbasari diejek karena punya pacar seekor lutung (Guru Minda), sedangkan kakaknya Purbararang membanggakan kekasihnya, Indrajaya, yang seorang manusia. Ternyata lutung itu sebetulnya adalah seorang pangeran tampan, titisan Dewi Sunan Ambu. Padahal sebenarnya Guru Minda jauh lebih tampan daripada Indrajaya.

Zaman itu masih eranya film bisu dan hitam putih. Begitu juga dengan film “Loetoeng Kasaroeng” yang ditayangkan di bioskop juga hanya berupa gambar bergerak tanpa ada suara sama sekali. Film “Loetoeng Kasaroeng” kemudian diputar di bioskop Elita dan Oriental. Sayangnya, karena legenda “Loetoeng Kasaroeng” hanya terkenal di tanah Sunda (bumi Parahyangan), film tersebut hanya sukses dalam pemutarannya di bioskop-bioskop Bandung. Ketika diputar di luar Bandung, sambutan penontonnya rendah. Ditambah pula film zaman itu masih dalam format bisu, sehingga pesan-pesan cerita tak tersampaikan dengan baik.(cel/sumber:tahukahkamu.org)


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->