Kecelakaan
Lion Air JT 610 Sempat Singgah di Bandara Syamsudin Noor Beberapa Pekan Lalu
BANJARBARU, Pesawat Lion Air JT 610 rute penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang yang jatuh di perairan Tanjung Karawan, Jawa Barat, Senin (29/10) ternyata sempat mampir ke Bandara Syamsudin Noor beberapa pekan lalu. Hal ini disampaikan Communication and Legal Section Head Bandara Syamsudin Noor, Adit Putra.
Namun, ketika itu masih menggunakan no JT 222 dan JT 223 dengan melayani rute penerbangan Banjarmasin-Surabaya. “Pesawat kategori brand new. Tanggal 22 Oktober lalu mampir di Bandara Syamsudin Noor untuk jadi JT 222 dan JT 223,” ucap Adit Putra.
Terkait musibah tersebut, kesedihan dirasakan juga oleh seluruh jajaran awak personel di Bandara Syamsudin Noor. “Jadi pesawat itu di Bandara Syamsudin Noor sebagai JT 222 Sub-BDJ dan JT 223 BDJ-Sub, ya penerbangan Surabaya Banjarmasin dan sebaliknya, dalam satu Minggu terakhir ini,” ungkap Adit seperti dilansir Tribunnews.com.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT) mengungkapan bahwa Pesawat Lion Air JT 610 dengan rute Jakarta-Pangkal Pinang belum lama mengudara. Pesawat JT 610 milik maskapai Lion Air itu memilki kurang lebih 800 jam terbang. Pesawat JT 610 yang jatuh merupakan pesawat series Boeing 737 terbaru yakni Boeing 737 Max.
Terkait insiden tersebut, sebelumnya pilot Lion Air JT 610 Bhavye Suneja sempat melaporkan masalah flight control pada ketinggian 1.700 kaki. Pilot meminta naik ketinggian. “Pada jam 06.22 WIB, pilot menghubungi Jakarta Control dan menyampaikan permasalahan flight control saat terbang di ketinggian 1.700 feet dan meminta naik ke ketinggian 5.000 feet. Jakarta Control mengizinkan pesawat naik ke 5.000 feet,” kata Wakil Ketua KNKT Haryo Satmiko, Senin (29/10) dilansir detik.com.
Pada pukul 06.32 WIB, Jakarta Air Traffic Controller (Jakarta Control) kehilangan kontak dengan pesawat PK-LQP tersebut. Pesawat itu kemudian dipastikan jatuh di perairan Karawang. Sebelumnya, Lion Air mengakui pesawat Boeing 737 MAX 8 itu sempat mengalami masalah teknis di Denpasar, Bali, pada malam sebelumnya. Kemudian, persoalan itu sudah diatasi sesuai dengan prosedur.
“Pesawat ini terakhir terbang dari Denpasar menuju Cengkareng, dalam posisi dirilis untuk terbang. Memang ada laporan mengenai masalah teknis, dan masalah teknis ini sudah dikerjakan sesuai dengan prosedur maintenance yang dikeluarkan oleh pabrikan pesawat,” tutur Direktur Umum Lion Air Edward Sirait.
Semalam pesawat tersebut bertolak dari Denpasar ke Jakarta. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari situs flightradar24.com, pesawat ini bertolak pada pukul 22.21 Wita, padahal dijadwalkan take off pukul 19.30 Wita. Pesawat itu mendarat di Jakarta pada pukul 22.56 WIB.
Pesawat type B737-8 Max dengan Nomor Penerbangan JT-610 milik operator Lion Air yang terbang dari Bandar Udara Soekarno Hatta Banten menuju Bandar Udara Depati Amir di Pangkal Pinang sempat meminta untuk kembali ke landasan setelah take off pukul 06.10 WIB sebelum akhirnya terjatuh.
“Pesawat sempat meminta return to base sebelum akhirnya hilang dari radar,” kata Kepala Bagian Kerjasama dan Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Sindu Rahayu dalam keterangan tertulis, Senin (29/10).
Temukan Kotak Hitam
Basarnas menegaskan blackbox atau kotak hitam pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, belum ditemukan. Tim SAR gabungan masih berupaya mencari. “Baru menemukan perlengkapan pakaian, KTP, belum ada kami menemukan blackboxnya itu. nanti kalau ada kami sampaikan di sini,” kata Dirops Pencarian dan Pertolongan Basarnas Brigjen Marsekal Bambang Suryo Aji di kantornya.
Sementara, lanjutnya, serpihan-serpihan kapal yang ditemukan itu ditaruh di posko siaga di JICT 2, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Serpihan itu akan diserahkan ke Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). “(Serpihan) Di sana akan kita serahkan ke KNKT, tapi kalau jenazah langsung DVI,” ujarnya.
Bambang mengatakan evakuasi terkait kecelakaan Lion Air ini dilakukan 24 jam. “Kita 24 jam, kendalanya tidak ada kalau malam mungkin pandangan saja, tapi kalau peralatan untuk mencari bangkai kapal sudah bisa diterjang, tinggal menemukan titik lokasi kapal berada,” tuturnya.
“Kapalnya yang masih belum kita temukan. Kalau sudah kita pusatkan ke titik. Kita masih menyelam,” tuturnya.
Senada dengan Bambang, Kepala Deputi Operasi Basarnas Nugroho Budi mengatakan blockbox belum ditemukan. Tapi lokasinya sudah termonitor. “Sampai saat ini sudah belum ditemukan untuk blackboxnya. Tetapi dari alat kita sudah monitor lokasinya, sudah ada,” kata Nugroho. (cel/dtc/trb/kum)
Editor: Chell
-
Bisnis1 hari yang lalu
Harga Emas di Pasar Bauntung Banjarbaru Terus Naik dari Ramadan hingga Lebaran
-
Kalimantan Selatan2 hari yang lalu
Mengenang Ulama Besar Tanah Banjar di Masjid dengan Nama Kitab Karangannya
-
HEADLINE1 hari yang lalu
Terjerat Cuci Uang Narkoba, Nasib Ayah Fredy Pratama Tinggal Ketuk Palu
-
Kota Banjarbaru2 hari yang lalu
Riding Bersama Wali Kota, Salurkan Bansos Hari Jadi ke-25 Kota Banjarbaru
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Kasus Cuci Uang Narkoba Jaringan Fredy Pratama, JPU Minta Pembelaan Lian Silas Ditolak
-
Kota Banjarbaru1 hari yang lalu
Ini Harga Beras di Pasar Bauntung Banjarbaru Pasca Lebaran