Connect with us

Kota Banjarbaru

Gara-Gara ‘Si Melon’ Urusan Dapur Menjadi Babak-Belur!

Diterbitkan

pada

Harga elpiji 3 kg di pasaran kini masih mencapai kisaran Rp 40-50 ribu. Foto : devi

BANJARBARU, Urusan masak di dapur saat ini bukan menjadi hal mudah bagi warga di Kalsel. Semenjak terjadi kelangkaan gas elpiji 3 kg beberapa waktu lalu, hingga kini imbasnya masih dirawasakan. Apa yang salah? Operasi pasar yang dilakukan beberapa hari ini ternyata tak kunjung bisa menstabilkan harga ‘si melon’ kembali ke sediakala.

Isna, seorang pedagang warung kecil di pinggir kota Banjarbaru, mengeluh. Hari ini sudah mengelilingi wilayah Banjarbaru Utara hanya untuk mencari elpiji demi menghidupi usaha kecil-kecilan miliknya. Tapi tak dapat. Akhirnya, dia berhasil mendapatkan satu tabung gas di wilayah Cindai Alus, Kabupaten Banjar.

“Sudah kuliling dunia mencari dapatnya di Cindai Alus, itu gen harganya Rp 50 ribu. Liwar sakit banar wahini mencari (Sudah keliling dunia mencari dapatnya di daerah Cindai Alus, itu pun harganya Rp 50 ribu. Teramat sakit mencari elpiji  saat ini, red),” keluhnya.

Dengan harga segitu, tentu saja susah bagi Isna untuk mencari untung. Tapi demi menyambung usahanya, dia tetap memaksakan juga. “Larang pang, tapi ada warung tetap jalan di tukar ae, asal bulik modal ka (Memang mahal, tapi gimana lagi untuk tetap menghidupi warung, pokoknya asal balik modal saja,” kata Isna yang berjulan gorengan, mie rebus dan kopi ini.

Selama elpiji langka dan harganya mahal seperti saat ini, untuk keseharian di rumah Isna akhirnya kembali ke model lama. Yakni menggunakan minyak tanah. Kepada Kanalkalimantan.com, dia mengaku membeli minimal 2 liter perhari dengan harga Rp 12.000 per liternya.

Ya, tingginya harga elpiji 3 kg saat ini memang membuat banyak orang mengurut dada. Kejadian ini, bahkan sudah terjadi sejak Imlek bulan lalu. Maka, warga dengan penghasilan pas-pasan seperti Isna, berfikir menggunakan alternatif lain dengan kembali menggunakan minyak tanah atau pun kayu bakar.

Dan tentu saja, hal ini tidak hanya dialami Isna yang tinggal di Banjarbaru. Tapi juga warga daerah lain di Kalsel pada umumnya.

Terkait masih langkanya elpiji 3 kg, Komisi II DPRD Kalsel beberapa waktu lalu melakukan inspeksi mendadak di SPBE PT Jambo Mutiara Permata (JMP) yang terletak di Jalan Gubernur Subardjo Km 11 Lingkar Selatan Banjarmasin.  Inspeksi mendadak (sidak) dipimpin langsung Ketua Komisi II DPRD Kalsel, Suwardi Sarlan dan anggota Yadi Ilhami beserta Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Hiswanamigas Provinsi Kalsel.

Foto : devi

Manager Operasional PT Jambo Mutiara Permata, Muhammad Ghani, menjelaskan tiap hari sudah melakukan pengiriman rata-rata perhari sebanyak 40 truk. Dalam satu truk memuat sekitar 560 tabung gas elpiji 3 Kg.

“Satu agen bisa dua kali pengisian. Sebanyak 35 truk pengiriman dalam sehari jika kondisi normal. Jumlah yang mengambil 12 agen yang terdiri 11 agen Banjarmasin dan 1 agen Tanahlaut. Ada 34 truk untuk agen Banjarmasin, 1 truk ke Tanahlaut,” jelasnya.

Komisi II juga memantau warga Banjarmasin Selatan antre di pangkalan Pekauman dengan membawa bon gas elpiji 3 kilogram yang dibagikan Ketua RT masing-masing dikenakan untuk 1 hari saja. Tapi, fakta di lapangan harga elpiji masih melambung tinggi.

Kelangkaan dan tingginya harga elpiji ini membuat Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Kalsel meradang. Mereka menduga ada permainan di balik kelangkaan dan meroketnya harga elpiji. “Kalau elpiji subsidi mencapai Rp 45 ribu itu keterlaluan. Karena Harga Eceran Tertinggi (HET)-nya saja hanya Rp17.500. Kalau langka dan mahal, pasti ada permainan,” terang Ketua Hiswana Migas Kalsel, Syaibani.

Dia melihat, kondisi langkanya elpiji saat ini lebih dipicu oleh faktor kepanikan. Karena stok gas sejatinya sangat cukup. Sebab saat ini sebanyak 2.000 ton elpiji subsidi sudah didistribusikan ke seluruh Kalsel.

Syaibani meminta masyarakat, ketua RT, lurah dan camat serta semua pihak itu mengawasi keberadaan pangkalan elpiji. Jangan sampai pangkalan itu melayani pengecer. Di tangan pengecer itu elpiji subsidi akan menjadi sangat tinggi harganya. “Mari kita ramai-ramai awasi pangkalan. Warga, ketua RT, lurah dan camat berhak melaporkan ke polisi dan disperindag jika pangkalan itu melayani pengecer,” tegasnya. (devi)

Reporter : Devi
Editor : Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->