Connect with us

Kota Banjarbaru

DKB dan Elemen Mahasiswa Gelar Pertemuan Tolak Tambang di HST

Diterbitkan

pada

pertemuan DKB dengan sejumlah elemen mahasiswa menyikapi soal izin tambang di HST. Foto: devi

BANJARBARU, Wacana penolakan penambangan batubara di kawasan Meratus, Hulu Sungai Tengah (HST) terus bergulir. Organisasi Dayak Kalimantan Bersatu (DKB), pada Rabu (17/1) siang menggelar pertemuan dengan sejumlah organisasi kemahasiswaan pecinta alam bertempat di markas di Jl Karangnyar 3 Perum Widya Pesona, Loktabat, Banjarbaru.

Sejumlah organ pecinta alam yang hadir di antaranya dari Mapala Piranha, Mapala Uniska, Mapala Justicia, Mapala Sylva ULM, Impas B dan GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).

Ketua Umum DKB, Ferdy Hudayana mengatakan, dari hasil kesepakatan bersama mahasiswa pecinta alam Kalsel tersebut, disepakati penolakan atas munculnya SK Kementerian ESDM no. 441.k/ 30/ DIB/2017 tentang Penyesuaian Tahap kegiatan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) PT Mantimin Coal Mining (MCM) di Hulu Sungai Tengah.

“Kami sepakat akan melakukan penyampaian aspirasi turun ke jalan. Kami juga selaku panitia bersama akan melakukan bedah undang-undang di kampus-kampus,” ujarnya.

Pertemuan tersebut juga menghasilkan kesepakatan melakukan bentuk aksi kepedulian terhadap alam Meratus dan HST. Koordinator mahasisiwa, akan diambil dari masing-masing perwakilan yang hadir atau mewakili organisasinya. “Rapat koordinasi lanjutan pada hari Minggu, 21 Januari di markas DKB. Aksi turun ke jalan renacanya akan digelar Selasa tanggal 23 Januari,” terang Ferdy.

Sementara itu, hari ini Kelompok Mahasiswa Pecinta Alam Borneo (Kompas Borneo) bersama aliansi mahasiswa, organisasi pecinta alam, masyarakat dan para LSM, menggelar aksi tolak tambang di HST. Dalam aksi tersebut mereka juga menggelar ‘donasi’ untuk disumbangkan ke Kementerian ESDM sebagai wujud sindiran akan arti uang dibandingkan lingkungan.

“Ketika pohon terkahir ditebang, ketika sungai dikosongkan, ketika ikan terakhir ditangkap barulah manusia menyadari bahwa uang tidak bisa dimakan,” kata Ketua Kompas Borneo, Arifad Rahman.

Di tempat terpisah, puluhan jurnalis Kalsel juga menyuarakan hal sama. Menurut Koordinator Solidaritas  Jurnalis Banua, Didi Gunawan, pegunungan Meratus merupakan jantung Kalimantan sehingga kalau semuanya dirusak oleh pertambangan, maka niscaya pulau ini tinggal menunggu waktu untuk tenggelam. “ Pegunungan Meratus yang tebentang meliputi berbagai provinsi di Kalimantan menjadi sangat penting untuk kita jaga, jika tidak kita tinggal menunggu bencana alam saja “ ungkapnya.

Sekretaris Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kalsel ini juga mencontohkan banjir yang baru saya melanda HST adalah akibat kecil dari rusaknya ekosistem alam. Dirinya berharap adanya aksi-aksi ini dapat mengetuk hati pejabat yang bewenang untuk tidak sembarang memberikan ijin pertambangan. (devi/ammar)

Reporter: devi/ammar
Editor: Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->