Connect with us

Lingkungan

Budidaya Tanaman Buah Langka Antar Hanif Wicaksono Raih SIA 2018

Diterbitkan

pada

Hanif Wicaksono mendapat penghargaan SIA 2018 Foto : net/satu-indonesia

Sejak tahun 2012, Hanif mulai melakukan ekplorasi, dokumentasi pembibitan serta edukasi. untuk dokumentasi ada satu bab buku sudah publikasi dengan judul ‘Potret Buah Nusantara Masa Kini’. Sementara 6 draft buku lagi belum publikasi berjudul “Buah Hutan Kalimantan Selatan seri 1-6 (sebuah dokumentasi dan upaya konservasi)”.

Pria kelahiran Blitar lulusan Sarjana Ilmu Komunikasi tersebut ketika pindah dari Jawa Timur ke Kalsel tahun 2011 mengaku menemui berbagai macam buah yang tidak pernah dilihatnya di Jawa. Semakin menarik menurut Hanif ketika ternyata masyarakat lokal Kalsel sendiri banyak yang belum pernah melihat pohon dari buah-buahan tersebut.

Didorong rasa senangnya terhadap tanaman dan bumbu penasaran, mulailah dia menjelajah untuk mencari asal dari buah-buah langka khas Pulau Kalimantan. Semakin lama ternyata buah yang  ditemui semakin banyak dan beragam akhirnya dia terfikir untuk mengumpulkan tanaman tersebut hingga saat ini.

Selama lebih dari 5 tahun berjalan program yang dirintisnya hanya pernah mendapat bantuan sekali untuk membuat sebuah nursery dari BPTP Kalsel. Selebihnya berjalan dengan menyisihkan dana pribadi.

“Pembibitan kami lakukan untuk memperbanyak buah Kalimantan dimana ada lebih dari 100 jenis buah endemik yang diperbanyak untuk pelestarian dan sampai saat ini sudah ribuan bibit kami bagikan baik ke masyarakat, instansi maupun kebun raya,” tuturnya.

Hanif menegaskan, sumberdaya genetik adalah kekayaan bangsa sekaligus identitas. Contohnya seperti buah kasturi (Mangifera Casturi) adalah flora identitas Kalimantan Selatan akan tetapi di Kalimantan sendiri tidak ada kebun kasturi maupun orang yang mengebunkan kasturi semua dari hasil alam.

Sedangkan di California, kasturi dan beberapa Mangifera endemik asli Kalimantan dibudidayakan. Belum lagi banyaknya orang-orang luar negeri terutama dari Eropa dan Amerika Selatan yang menghubungi Hanif untuk mendapatkan berbagai benih.

“Buat saya ini aneh sekali dimana buah yang saya dapat banyak yang tidak diketahui masyarakat umum, kalaupun ada itupun dipandang sebelah mata di negeri sendiri tetapi malah jadi target buruan di negeri orang,” terangnya.

Persoalan tersebut membuat Hanif semakin ingin mengenalkan buah-buahan lokal ke masyarakat umum secara luas dan tentunya akan berdampak pada sosial dan ekonomi masyarakat yang mau mengembangkanya.  “Ini adalah kesempatan untuk mengembangkan buah lokal sekaligus  dikelola dengan basis pemberdayaan untuk peningkatan ekonomi masyarakat melalui budidaya,” pungkasnya.

Hanif bergerak sendiri dengan modal seadanya dan belajar otodidak. Saat ini Hanif sudah menemukan 160 jenis bibit tanaman buah langka khas Kalimantan. Hasil pencariannya itu pun ia dokumentasikan dengan baik dalam bentuk buku agar masyarakat juga bisa mengenal kekayaan plasma nutfah Indonesia itu. Bibit yang dibudidayakan Hanif juga sudah disebarkan ke sejumlah kebun raya agar bisa tetap dilestarikan. Desa Marajai di Kabupaten Balangan telah menjadi desa plasma untuk pembudidayaan tanaman buah khas Kalimantan.(cel/ant)

Reporter : Cel/ant
Editor : Chell


Laman: 1 2

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->