Connect with us

NASIONAL

BNPT: Lebih dari Separuh Pelaku Terorisme Berusia Muda, Ini Alasannya!

Diterbitkan

pada

Badan Penanggulangan Terorisme menyatakan pelaku terorisme banyak anak muda. Foto: ilustrasi/yuda kanal

KANALKALIMANTAN.COM, JAKARTA– Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkap sekitar separuh dari pelaku aksi teror berusia muda. Hal tersebut diutarakan Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris berdasarkan sejumlah penelitian terkait terorisme.

Dia menuturkan, pelbagai studi tersebut mendapati kelompok jaringan teroris kerap merekrut anggota berusia muda salah satunya karena mereka dianggap memiliki militansi yang kuat.

“Memang banyak penelitian yang menegaskan lebih dari separuh pelaku [terorisme] warga Indonesia itu usia beliau, 18 tahun, usia masuk kategori anak, 20 tahun, 35 tahun,” tutur Irfan dikutip dari siaran CNN Indonesia TV, Rabu (31/3/2021).

“Kenapa? Kelompok radikal teroris menyasar usia muda yang memiliki militansi dan disalahgunakan militansi dan pemahamannya yang tidak cukup,” tambah dia.

Irfan mengatakan kelompok teroris umumnya mengemas ajaran mereka dengan mengatasnamakan agama. Padahal sesungguhnya, tindakan yang dianjurkan itu tidak ada dalam ajaran agama.

Setelah perekrutan kelompok ekstremisme berhasil, Irfan melanjutkan, anggota kelompok teroris usia muda itu akan dijadikan umpan untuk melancarkan aksi teror maupun penyerangan.

“Pelaku bom bunuh diri tidak ada usia 50 tahun ke atas. Karena mereka tinggal duduk manis. Mereka merasa kharismatik untuk melahirkan narasi kebencian. Memotong ayat, hadits untuk membenarkan perilaku jahat mereka,” pungkas Irfan.

Selain berusia muda, Irfan mengungkapkan, jaringan teroris juga kerap merekrut kelompok perempuan. Dia mengatakan anggota perempuan juga umumnya lebih kuat dalam menyebarkan ideologi dan pengaruhnya.

Irfan menambahkan, ketika seorang perempuan menjadi anggota kelompok terorisme maka dia akan mampu merekrut anak dan suaminya serta keluarga untuk turut serta bergabung.

Namun dalam beberapa kasus, menurut dia, kebiasaan lama yang kerap menempatkan posisi laki-laki di atas perempuan seringkali menjadikan kelompok ini justru diperalat untuk melakukan aksi teror.

Pernyataan Irfan itu merespons kasus penyerangan Mabes Polri oleh orang tak dikenal pada Rabu (31/3). Hingga kini kepolisian belum menyampaikan keterangan resmi terkait insiden tersebut.

Tapi berdasarkan rekaman video yang beredar, gambar menunjukkan seseorang yang diduga perempuan menerobos masuk ke kompleks Mabes Polri. Penyerang tersebut diduga masih berusia muda. Usai memasuki halaman Korps Bhayangkara, dia tampak menodongkan senjata ke petugas sebelum akhirnya terkapar karena tembakan.

Kendati begitu Irfan masih enggan mengonfirmasi identitas penyerang tersebut. Dia meminta publik menunggu proses pengusutan penegak hukum.

Adapun saksi di sekitar Mabes Polri mengaku mendengar sedikitnya 7 kali suara tembakan. Usai insiden tersebut, polisi berjaga dan menutup akses masuk ke Mabes Polri.

 

Infografis Kasus Terorisme Sepanjang 2019Infografis Kasus Terorisme Sepanjang 2019. (Kanalkalimantan.com/CNNIndonesia)

Editor: cell

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->