Connect with us

Kota Banjarbaru

Wastra Borneo ke-6, Menampilkan Kembali Pesona Kain Tenun Khas Kalimantan

Diterbitkan

pada

Pembukaan Wastra Borneo ke-6 di Museum Lambung Mangkurat, Banjarbaru Foto : devi

BANJARBARU, Delapan museum se-Kalimantan (termasuk Brunei Darussalam dan Malaysia) plus dua museum asal Jawa Tengah, menampilkan aneka khasanah kain daerah pada ajang “Wastra Borneo ke-6” di Museum Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Wastra Borneo sebagai ajang pameran dan pelestarian kain khas asal Borneo. Pagelaran ini dimulai tanggal 25April-3 Mei mendatang.

Pemeran bertema: warisan budaya, identitas dan kekuatan ekonomi ini diikuti perserta dari Muzium Sabah, Muzium Serawak, Muzium Negara Brunei Darussalam, Museum Kapuas Raya, Museum Provinsi Kalimanatan Barat, Museum Mulawarman Kalimantan Timur, Museum  Rangga Warsita Jawa Tengah, Museum Batik Pekalongan, dan tentunya tuan rumah Museum Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan.

“Berkembang melintas batas negara seperti yang sedang kita laksanakan ini patut dikembangkan sebagai bentuk kerjasama antar museum. Ini agar tidak hanya sebatas pameran saja, namun lebih luas lagi,” kata Kepala Museum Lambung Mangkurat Ikhlas Budi Prayogo.

Ikhlas mengatakan Kalimantan Selatan menampilkan tenun Pagatan, tenun Sungai Tabukan asal Kabupaten Hulu Sungai Utara, dan kain Sasirangan. Termasuk juga menampilkan kain kulit pohon. Kain tenun Pagatan dikenal sejak abad ke 18 ini merupakan kain yang dibawa dari sekelompok imigran Bugis dari Sulawesi Selatan yang memsuki wilayah pesisir Kalsel untuk tinggal permanen di dalamnya yang hampir keseluruhan memilikii keahlian tenun kain.

Melalui catatan sejarah (historical particularistic), ada satu peristiwa diantara kurun waktu 1750-an dimana Sultan Banjarmasin telah mengizinkan kepada para pendatang Bugis untuk menetap di wilayah Kusan Hulu.


“Kami terus menggerakkan edukasi mengenai tenun, karena tenun ini merupakan salah satu budaya tak benda,” kata pemerhati kain dari Pagatan, Sri Hidayah.

Sementara itu, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemendikbud, Hari Widiyanto, mengatakan, ajang semacam ini bermaksud mencari perbedaan dan kesamaan adat budaya yang bermuara pada pelestarian kain asli Borneo. Itu sebabnya, museum asal Brunei Darussalam dan Malaysia, berstatus peserta tetap yang ikut memamerkan aneka kain khas daerah asal.

“Kain tradisional mengandung unsur ritual, budaya, filosofi, dan etnik. Bagaimana melestarikan dengan unsur modern sebagai warisan budaya. Museum bertugas mengangkat dan menyampaikan ke masyarakat khasanah kain tradisional Borneo,” katanya.

Hari meyakini kain tradisional asal Malaysia dan Brunei Darussalam pasti memiliki perbedaan dan persamaan corak di antara kain khas yang berasal dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, maupun Kalimantan Selatan. Menurut dia, antar peserta pameran bisa saling mencari persamaan di  antara perbedaan kain tradisional. “Pulau Borneo ini satu rumpun budaya,” kata Heri.

Khusus Wastra Borneo, tuan rumah penyelenggaran pertama di Museum Pontianak. Kemudian Serawak, Brunei Darussalam, Sintang, Sabah, dan Banjarbaru. Adapun tahun 2019, ajang Wastra Borneo akan digelar di Kalimantan Timur.

”Tenun Sungai Tabukan memang hampir punah, perajinnya tinggal beberapa orang yang biasanya membuat tenun sesuai pesanan saja untuk pengobatan. Lewat Wastra Borneo, semoga ada upaya pelestarian tenun Sungai Tabukan,” kata Ikhlas.

Warisan budaya tak benda ini, yang diwariskan dari generasi ke generasi, senantiasa diciptakan kembali oleh berbagai komunitas dan kelompok sebagai tanggapan mereka terhadap lingkungannya, interaksinya dengan alam, serta sejarahnya. (devi)

Reporter : Devi
Editor : Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->