Connect with us

NASIONAL

Soal Islam Agama Arogan, Cak Nun Beri Respons Telak: Tidak Masuk Akal

Diterbitkan

pada

Cak Nun soal Islam Agama Arogan (YouTube/Caknun.com).

KANALKALIMANTAN.COM, YOGYAKARTA – Emha Ainun Najib atau Cak Nun ikut mengomentari polemik Permadi Arya alias Abu Janda yang dituding menyebut Islam agama arogan.

Cak Nun ikut bersuara dengan memegang prinsip lebih menyoroti maksud perkataannya karena kata Sayyidina Ali, tidak penting siapa orang yang mengucapkan.

“Apa perkataannya, tidak peduli dia menjadi Abu Janda, abu duda, abu bakar, abu lahab, abu rokok, segala macam tidak penting. Yang penting perkataannya,” tuturnya dalam video berjudul “Abu Janda, Abu Bakar, Abu Gosok” yang diunggah di saluran YouTube CakNun.com pada Senin (1/2/2021).

“Tuhan mengatakan janganlah kebencianmu kepada seseorang menjadikanmu berbuat tidak adil. Itu juga berarti janganlah kecintaanmu atau persahabatanmu dengan seseorang membuat kamu bersikap tidak adil. Nah, ini harus saya patuhi. Jadi apa yang saya ucapkan bukan karena benci atau tidak,” sambung Cak Nun.

Sebelum membahas soal Islam agama arogan sebagaimana disinggung Abu Janda, Cak Nun terlebih dahulu membahas soal apa yang disebut agama dan Islam.

“Sekarang saya tanya yang dimaksud agama itu apa? Sasarannya ke manusia atau ke Tuhan? Kemudian arogan itu bisa muncul karena apa?” tanya Cak Nun membuka.

Cak Nun menegaskan, Islam sejatinya tak bisa disebut arogan lantaran Islam adalah nilai. Islam merupakan sistem berpikir dan sistem sosial, alat yang bisa digunakan manusia atau tidak.

“Kata arogan tidak berlaku untuk selain manusia. Maka kalau Islam itu arogan itu agak tidak masuk akal. Yang arogan mungkin muslim, bukan Islam. Kalau Tuhan memang arogan, kenapa Tuhan tidak boleh arogan? Kenapa Tuhan tidak boleh sombong? Tuhan gak punya apa-apa karena Dia yang bikin. Dia yang merubah apa yang tidak ada jadi ada,” kata Caknun.

“Yang bisa arogan adalah manusia, jadi yang dimaksud arogan kepada siapa? Habib, kiai atau siapa? Kalau Islam yang arogan ya lucu,” tegasnya menambahkan.

Kemudian Cak Nun mengkritisi penggunaan kata kearifan lokal sebagaimana dipakai Abu Janda.

Menurut Cak Nun, Abu Janda belum mempelajari secara luas soal kearifan lokal dan hanya menggunakannya berdasar pengalaman sekilas terhadap Alquran atau hal yang didengarnya.

Namun dalam hal ini, Cak Nun tegas tidak mempersoalkan pelanggaran hukum atau penghinaan oleh Abu Janda. Dia hanya berbicara soal maksud kearifan lokal.

“Saya melurusi apa yang kamu maksud kearifan lokal itu? Bahwa orang tua menyayangi anaknya atau seorang anak mencium tangan itu kan kearifan lokal. Jadi apa yang disebut kearifan lokal?” ucap Cak Nun.

“Kearifan lokal tolong dipelajari lagi, jangan asal menyebut kata-kata yang asalnya kita tidak tahu,” imbuhnya.

Cak Nun mengatakan, kalimat yang dipilih Abu Janda salah penggunaannya. Ada kemungkinan yang dimaksud adalah sesuatu yang spesifik sehingga menyakiti banyak orang,

Dari polemik Abu Janda, Cak Nun menyarankan agar masyarakat berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara. Pasalnya, apa yang sudah keluar dari mulut harus bisa dipertanggungjawabkan secara makna, harfiah, atau historis.

“Saya tidak mengecam siapa pun. Sekarang kita sedang dikepung Covid-19. Pelajaran notor satu itu kewaspadaan atau dalam bahasa Arab disebut takwa. Takwa itu hanya bisa dilakukan kalau anda zikir,” tandas Cak Nun.(suara)

 

Editor: Suara

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->