Connect with us

HEADLINE

Masciani “Pahlawan” Anak Disabilitas, Modal Sendiri Antar Jemput ke SLBN 1 Pulpis

Diterbitkan

pada

Dipeluk murid, sosoknya yang lembut dalam mendidik murid disabilitas menjadikan Masciani disayangi murid-muridnya. Foto : sanjaya

Menurut Masciani ada banyak perbedaan anak disabilitas yang sekolah dan tidak menerima pendidikan. Ia memisalkan anak penyandang disabilitas bisu atau tuna rungu yang tidak sekolah, dalam berkomunikasi sehari-hari, kemampuan gesturnya terbatas. Karena hanya mengandalkan bahasa alamiah, berbeda dengan yang diberi pendidikan, gestur bahasa tubuhnya sangat bervariasi dan mudah ditangkap orang normal.

“Bahkan anak-anak SLB di sini yang sudah lulus banyak yang sudah bisa bekerja. Jadi petugas taman, hingga punya usaha sendiri. Orang-orang disabilitas itu tidak bisa hanya dilihat dari kekurangannya, mereka juga punya kelebihan, makanya cara mengajarnya beda. Misalkan anak yang rendah kecerdasan, tidak bisa dipaksa belajar akademik. Di sini kami arahkan belajar ketrampilan, ada yang jago menganyam, melukis, membuat telor asin dan aneka kerajinan lain,” jelas ibu dari tiga putra ini.

Misciani, Kepala Sekolah SLB 1 Pulpis saat menunjukan deretan piala yang berhasil diraih anak-anak SLBN 1 Pulpis. Foto : sanjaya

Sejumlah murid penyandang disabilitas terlihat berjejal di mobil angkutan saat akan diantar pulang sekolah. Foto : sanjaya

Hampir 11 tahun memimpin, kini SLBN 1 Pulpis diakuinya mulai banyak perubahan. Jika tahun 2008, hanya punya 2 guru pengajar, kini sudah 14 orang guru -ASN dan honorer-. Bangunan pun sudah ada penambahan, bahkan SLB Pulpis dalam kurun waktu terakhir banyak menoreh prestasi. Mulai juara tingkat provinsi hingga nasional. Atas perkembangan tersebut, berturut-turut selama 3 tahun Misciani dinobatkan menjadi Kepala Sekolah Berdedikasi Se-Kalteng.

“Saat ini kita bisa berbangga dengan SLB ini. Rata-rata setahun anak didik kita bisa ikut 6 kali lomba ke nasional. Mulai dari Jambore Pramuka, bulu tangkis, hantaran, tata boga bahkan basket. Atletnya, iya itu tadi anak-anak bisu, rendah kecerdasan dan lainnya, semua mampu menunjukan kelebihannya jika sudah dilatih. Saya ingatkan guru-guru di sini agar mengajar mereka seperti mendidik anak sendiri, harus sabar dan kratif,” beber pemilik gelar S2 Manajemen ini.

Meski, dibalik manisnya torehan prestasi SLBN 1 Pulpis, Misciani mengakui masih ada beberapa harapan lain yang sampai kini belum terwujud. Keinginan yang dikatakan dirinya hanya mampu diselesaikan oleh pemilik kebijakan alias pemerintahan.

“Diantaranya kekurangan armada angkut. Selama ini antar jemput anak-anak SLB itu memakai mobil pribadi yang saya beli bekas tahun 2011 lalu seharga 85 juta. Mobil itu satu-satunya armada yang dipakai untuk anak-anak pulang pergi ke sekolah. Satu kali angkut berjejal muat sampai 12 orang. Pagi bisa dua kali jemput, baru terakhir jemput saya. Sesak memang, kalau tidak dijemput anak-anak ini jarang mau sekolah karena letaknya jauh. Ada beberapa yang memang bisa naik sepeda, cuma untuk pengidap penyakit tertentu berbahaya sekali. Ada yang sampai kecelakaan,” ujar perempuan kelahiran 27 Agustus 1966 ini.

Dirinya berharap pemerintah mau memberikan armada angkutan untuk membantu pihak sekolah mengakomodir kehadiran siswa-siswi yang kini berjumlah hampir 52 orang. Keinginan lain, adalah permintaan agar dibuatkan taman bermain di sekolah, serta meminta agar perusahaan yang ada di Pulang Pisau mau membuka ruang, menerima lulusan SLB dipekerjakan sesuai kemampuan.

“Saya yakin kalau kerja ringan seperti cleaning servis, petugas taman atau OB lulusan kita juga bisa diberdayakan. Begitu juga jika ada akses permodalan, banyak alumni kami yang mampu berwirausaha,” pungkasnya. (sjy)

Reporter Sjy
Editor : Abi Zarrin Al Ghifari


Laman: 1 2

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->