Connect with us

INTERNASIONAL

AS Bunuh Jenderal Iran, WWIII & World War 3 Trending Topic

Diterbitkan

pada

serangan AS ke teheran yang menyebabkan jenderal Qassim Soleimani tewas. Grafis: Dailymail

TEHERAN, Memanasnya tensi geopolitik antara AS dan Iran menjadi pembicaraan hangat di kalangan pengguna media sosial Twitter pada hari ini, Jumat (3/1).

Mengutip CNBC International, AS dikabarkan telah menembak mati petinggi pasukan militer Iran. Eskalasi tersebut menandai semakin terpecahnya AS dengan Iran.

Jenderal Qassim Soleimani yang merupakan pemimpin dari Quds Force selaku satuan pasukan khusus yang dimiliki Revolutionary Guards (salah satu bagian dari pasukan bersenjata Iran), dikabarkan tewas dalam serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad.

Selain itu, Abu Mahdi al-Muhandis yang merupakan wakil komandan dari Popular Mobilization Forces selaku kelompok milisi Irak yang dibekingi oleh Iran, juga dilaporkan meninggal dunia. Laporan dari CNBC International tersebut mengutip pemberitaan dari stasiun televisi di Irak, beserta pejabat pemerintahan.

Serangan udara yang diluncurkan oleh AS terjadi di dekat bandara internasional Baghdad. Hingga berita ini diturunkan, kata “Iran” memuncaki daftar trending topic dunia. Sementara itu, Soleimani yang tewas dalam serangan AS menempati posisi empat.

Menariknya, trending topic dunia nomor lima dan tujuh diisi oleh “WWIII” dan “World War 3”. Memanasnya tensi geopolitik antara AS dan Iran telah memantik kekhawatiran bahwa perang dunia ketiga akan segera meletus.

Hal ini sejatinya wajar saja. Pasalnya, Pentagon kini telah mengonfirmasi tewasnya Soleimani. Beberapa saat yang lalu, Pentagon mengonfirmasi tewasnya Soleimani dalam sebuah serangan yang diluncurkan AS menggunakan drone.

Serangan yang dilakukan AS atas bandara Baghdad, Irak. Foto: Dailymail

Jenazah yang diduga sebagai jenderal Qassim Soleimani. Foto: Dailymail

Soleimani sendiri telah disanksi oleh AS sejak tahun 2007 dan pada Mei 2019, Washington memutuskan untuk melabeli Revolutionary Guards, beserta dengan seluruh bagiannya, sebagai organisasi teroris, menandai kali pertama label tersebut diberikan terhadap lembaga militer resmi dari sebuah negara.

Serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad merupakan eskalasi teranyar dari hubungan AS-Iran yang sudah panas dalam beberapa waktu terakhir. Pada pekan kemarin, seorang kontraktor asal AS diketahui tewas dalam serangan roket di markas militer Irak di Kirkuk.

Pembunuhan terhadap kontraktor asal AS tersebut kemudian direspons AS dengan menyerang pasukan militer yang dibekingi Iran di Irak. Selepas itu, kedutaan besar AS di Irak diserang oleh Kataeb Hezbollah, kelompok milisi yang dibekingi oleh Iran.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan AS Mark Esper pada Kamis (2/1/2019) waktu setempat telah mengatakan bahwa pasukan militer AS kini telah berpaling dari merespons serangan Iran ke mengantisipasinya. “Ada beberapa indikasi di luar sana bahwa mereka mungkin sedang merencanakan serangan tambahan. Itu bukanlah hal yang baru,” kata Esper, seperti dilansir dari Bloomberg.
“Jika itu terjadi, maka kita akan bertindak dan ngomong-ngomong, jika kami mendapatkan kabar terkait dengan serangan atau beberapa indikasi, kami akan mengambil langkah preemtif untuk melindungi anggota pasukan militer AS, nyawa masyarakat AS. Permainan telah berubah.”

Jika ditarik lebih jauh, tensi antara AS dan Iran sudah panas sejak tahun 2018 silam kala AS menarik diri dari kesepakatan internasional yang bertujuan untuk membatasi ruang gerak Iran dalam mengembangkan senjata nuklir. Menurut Presiden AS Donald Trump, kesepakatan tersebut tak cukup dalam membatasi ruang gerak Iran. AS pun pada akhirnya kembali mengenakan sanksi ekonomi bagi Tehran.

Sejak awal menjadi presiden, Trump sebenarnya selalu menunjukkan keenganannya dalam berperang melawan negara Timur Tengah. Pasalnya, biasa yang harus dikeluarkan untuk berperang memang tidak murah.

Namun, serangkaian eskalasi tensi geopolitik antara Negeri Paman Sam dengan Iran dikhawatirkan akan membuat kesabaran Trump habis. Pada akhirnya, memang potensi perang antara AS dengan Iran tak bisa dikesampingkan.(ank/ank)

Editor : CNBC


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->