Connect with us

Kabupaten Pulang Pisau

Berebut Kursi Legislatif, Tujuh Mantan Kades Beradu Strategi

Diterbitkan

pada

Pengamat Sosial politik dari Universitas Palangkaraya, Dr. Sidik R Usop foto : Istimewa

PULANG PISAU,  Pemilihan Calon Anggota Legislatif (Caleg) pada April 2019 mendatang selain akan diisi politisi, pengusaha, dan mantan birokrat, juga diramaikan masuknya sejumlah mantan Kepada Desa (Kades) atau pambakal. Dari data yang berhasil dihimpun, sedikitnya ada tujuh nama yang berlatar belakang Kepala Desa, maju sebagai  Caleg dari berbagai Parpol di Kabupaten Pulang Pisau.

Nama tersebut yakni Mantan Kepala Desa Mintin, Rusmagau yang maju dari Partai PAN, kemudian Adekson mantan Kades Anjir yang maju dengan Perahu PKPI. Berikutnya mantan Kades Paduran Sebangau Rudy Hamid dan Mantan Kades Pilang Aman melalui Perindo. Nama Sukri Suryanata mantan Kades Taruna juga diketahui maju melalui partai Berkarya. Ada juga nama Arianson mantan Kades Tangkahen yang maju melalui Perahu Golkar dan nama Suwardi mantan kades Sebangau permai melalui Partai Nasdem. Menariknya, dua nama terakhir cukup beruntung karena pernah duduk menjadi anggota DPRD.

“Saya menargetkan dari dapil 3, Kecamatan Kahayan Kuala dan Sebangau Kuala bisa mendapat minimal 700 suara. Saya optimis, karena saat pemilihan kades 2012 lalu saya dapat 500 suara di desa saya, Paduran Sebangau hingga saat itu berhasil jadi kades. Itu modal saya, selanjutnya saya akan mencari tambahan suara di wilayah Kecamatan Kahayan Kuala, Bahaur. Untuk pola sosialisasi saya sudah mulai memasang spanduk dan membagikan kartu nama, setiap minggu saya juga turun blusukan menemui kawan, saudara dan masyarakat untuk menyampaikan visi dan misi ya,” ujar Rudy Hamid, Mantan Kades Paduran Sebangau yang maju melalui partai Perindo ini.

Berbeda dengan Rudy Hamid, Arianson mantan Kades Tangkahen Kecamatan Banama Tingang yang saat ini masih duduk menjadi anggota DPRD Pulang Pisau. Justru mengaku belum mencetak kartu nama dan tidak memasang spanduk untuk maju kali ini. Menurutnya, di sisa waktu yang ada ini justru ia akan di optimalkan menyelesaikan pekerjaannya sebagai anggota untuk menuntaskan janji – janjinya kepada konstituennya. Dirinya mengaku sudah melakukan komunikasi tim-timnya terdahulu untuk membantu menyampaikan hasil kerjanya selama duduk di DPRD.

“Masyarakat tentu sudah mengenal calonnya, tahu sepak terjangnya. Saya sendiri lebih meminta tim dan orang terdekat untuk membantu saya menyampaikan hasil kerja saya selama duduk di legislatif. Misalnya janji saya dulu membantu pembangunan gereja, balai kaharingan, jalan-jalan di wilayah atas, sekarang kan sudah saya buktikan, ada pembangunannya. Selanjutnya saya serahkan pada masyarakat untuk bisa menilai. Jika mereka percaya, saya akan kembali perjuangkan lagi usulan mereka,” ujar politisi Golkar ini.

Terpisah, pengamat politik dari Universitas Palangkaraya, Dr. Sidik R Usop mengaku mengapresiasi keberanian para mantan kepala Desa untuk maju, berlaga di pemilihan legislatif. Menurutnya hal ini membuktikan jika demokrasi sudah menyentuh hingga ke akar rumput, yakni tatanan desa. Majunya mantan pambakal diyakini Dosen Sosial Politik Unpar ini akan mampu menarik minat pemilih untuk datang ke TPS, karena faktor kenal. Apalagi bagi mantan kades yang selama menjabat punya peran sentral di desanya, tentu akan ada perlawanan dengan caleg lainnya.

“Masuknya tujuh nama berlatar kepala desa di Pileg tahun 2019 menandakan demokrasi di Pulang Pisau berjalan baik. Jangan lupa mantan kades itu sebelum maju sudah punya modal sosial dari warga desanya. Hanya memang untuk bisa naik melenggang ke DPRD tidak mudah juga. Mereka ( mantan kades) harus berhitung berapa suara minimal untuk bisa duduk, kemudian mereka juga harus bisa memetakan basis, dimana letak pemilih mereka. Tidak bisa mengandalkan hanya dari satu desa saja,” ujar Pria yang kerap hadir mengisi seminar politik ini.

Pria kelahiran Kapuas 1954 silam ini juga menyebut, mantan kades yang punya kans bisa terpilih yakni mereka yang maju tidak dalam posisi dadakan. Karena bertarung di legislatif berbeda dengan saat maju menjadi kepala desa. Dikatakan Sidik, perlu banyak pikiran, tenaga dan dana finansial untuk bergerak menggaet suara pemilih. Jika saat Pilkades calon yang di pilih hanya beberapa orang saja, di pileg berbeda, ada puluhan bahkan ratusan nama yang di sodorkan ke masyarakat.

“Jadi maju bertarung di Pileg itu perlu pemetaan dan persiapan yang matang. Ada hitungan-hitungan yang dipakai tidak bisa mengandalkan suara dari satu atau dua desa saja. Tapi nanti kita lihat saja bagaimana mereka dilapangan menerapkan strateginya masing – masing,” ungkap Sidik. ( Sjy)

Reporter : Sjy
Editor : Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->