Kabupaten Banjar
Webinar Literasi Digital Banjar, Pahami Dunia Digital dengan Berliterasi
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Menjadi Netizen yang Cerdas di Mata Dunia”. Webinar yang digelar pada Selasa (13/72021) di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan itu, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Narasumber pertama adalah Alifta Kartiko yang mana dalam webinar tersebut ia membahas tentang Basic Knowledge dan Rules Usaha Online. Ia mengatakan, etika merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam sehari-hari terutama dalam berbisnis online.
“Mengapa pentingmya etika dalam berbisnis online? karena tidak mungkin anda dan konsumen akan bertatap muka secara langsung pada saat bertransaksi, sehingga dalam meyakinkan para konsumen, anda tentunya harus lebih memahami terlebih dahulu mengenai etika ini agar para konsumen senang terhadap pelayanan yang diberikan terhadapnya,” terangnya.
Hal tersebut, kata Alifta, akan membuat hubungan dengan konsumen menjadi lebih baik. Etika bisnis dapat dijadikan sebagai pedoman untuk anda yang telah menjalankan usaha bisnis.
“Dengan diterapkannya etika bisnis ini tentulah akan menambah nilai tambah ataupun keuntungan yang didapat dalam jangka waktu yang panjang,” ujar Alifta.
Selain itu, ia juga menjelaskan hal apa saja yang perlu diterapkan dalam etika bisnis ini sehingga dapat memberikan motivasi bagi seseorang yang menjalankan usaha bisnis agar dapat terciptanya keunggulan dalam bersaing. Adapun prinsip-prinsip dalam beretika bisnis adalah:
1. Jujur
2. Tanggung Jawab
3. Transparan
4. Profesional
5. Kepercayaan
6. Keadilan
Sementara itu narasumber kedua Dyan Nugraha dalam literasi digital kabupaten Banjar ini ia menjelaskan dan membahas tentang Bebas Terbatas.
Dyan menjelaskan bahwa karakteristik sosial media yang sangat aktual, informasinya yang hanya di permukaan, tak terbatas ruang, dan menjadi penghubung untuk semua informasi di dunia nyata.
Rata-rata penggunanya, sambung Dyan, adalah digital native (lahir dan besar di era digital), bukan digital urban (pernah dibesarkan di era media cetak lalu pindah ke era digital).
“Mereka hanya membaca informasi di dunia maya secara sekilas dan tidak membacanya secara utuh,” ucap Dyan.
Menurutnya literasi digital cenderung dipahami secara sempit yang terbatas pada penguasaan dalam penggunaan teknologi saja. Literasi digital semestinya juga meliputi aspek-aspek kritis lain seperti kesadaran data (data awareness), kemampuan analisis data, dan kemampuan untuk fokus (deep work).
Pertama, kesadaran data selama mengakses internet. Data menjadi sebuah komponen vital dalam setiap sistem aplikasi yang saling berinteraksi dan bertransaksi dalam dunia siber. Hanya dengan mendaftarkan diri ke sebuah platform, data kita akan secara otomatis disinkronisasikan ke dalam sistem.
Misalnya, ketika mensinkronkan aplikasi WhatsApp ke Facebook, Anda harus sadar telah mengizinkan segala data percakapan dari akun Anda untuk dapat diakses oleh kedua platform media sosial tersebut.
Walau pengguna akan mendapatkan beragam keuntungan dari proses sinkronisasi tadi, ada konsekuensi-konsekuensi lain yang harus dipertimbangkan. Misalnya, dengan memberikan nomor rekening bank pada suatu perusahaan niaga elektronik, maka kita telah memberi persetujuan kepada pemberi layanan untuk menarik transaksi atau berlangganan rutin sesuai dengan kesepakatan yang dibuat.
Hal ini berlaku pula pada data-data pribadi lain seperti nomor kartu tanda penduduk, nomor kepegawaian, alamat, dan kontak pribadi.
Tak dapat dipungkiri, digitalisasi mulai merambah ke berbagai aspek kehidupan, misalnya saja gawai yang sedang kita pakai sekarang. Akses informasi dan komunikasi kini bisa berlangsung tanpa memandang jarak dan waktu.
Hal-hal tak terbatas dan dapat dikatakan “bebas” dalam media digital tak hanya memberikan keuntungan, tapi juga memberikan ancaman. Apabila masyarakat tidak pandai mengelola digital, tidak mampu memilah dan mengolah informasi, serta kurang mampu menerapkan “Literasi”, berbagai ancaman pun muncul mulai dari perselisihan, ujaran kebencian, hingga penyebaran hoaks.
“Maka daripada itu keberliterasian dalam konteks ini bukan lagi sekedar urusan bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara melainkan juga, dan yang lebih penting, bagaimana warga bangsa tersebut memiliki kecakapan hidup agar mampu bersaing dan bersanding dengan negara lain untuk menciptakan kesejahteraan dunia,” katanya. (Kanalkalimantan.com/shintia)
Editor: cell
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Kadisdikbud Kalsel Masih Tak Kunjung Muncul ke Publik
-
Kota Banjarbaru3 hari yang lalu
KPU Banjarbaru Beri Waktu 3 Hari Perbaikan Persyaratan Paslon
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Unjuk Rasa di Kantor Gubernur, Pendemo Minta Pencopotan Kadisdikbud Kalsel
-
Kota Banjarmasin2 hari yang lalu
Belum Memenuhi Syarat, Tiga Paslon Pilwali Banjarmasin Diberi Waktu Perbaikan
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Tak Bisa Bedakan Mana Warung Mana Ballroom
-
Kota Banjarbaru3 hari yang lalu
KASN Anugerahkan Aditya Piagam Penghargaan, Wujudkan Perbaikan Manajamen ASN Pemko Banjarbaru