WARGA+62
Rumah Terisolasi Pagar Beton di Ciledug. Asep: Anak-Anak seperti di Penjara
KANALKALIMANTAN.COM – Asep (28), salah satu anak almarhum Munir yang rumahnya terisolasi pagar beton di kawasan Tajur, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, mengaku kesulitan beraktivitas.
Sebab, untuk keluar masuk rumah, ia tak hanya harus melewati satu pagar beton setinggi dua meter tersebut. Melainkan dua tembok.
Belum lagi di salah satu pagar beton juga dipasangi kawat berduri. Sontak kondisi ini membuat aktivitasnya terhambat.
Saat disambangi SuaraJakarta.id—grup Suara.com—Minggu (14/3/2021), Asep pun menceritakan kronologi rumah keluarganya di Ciledug itu terisolasi dipagar beton oleh ahli waris pemilik tanah, Asrul Burhan alias Ruli.
Baca Juga:
Sangkut di Tali, Satu Korban Kelotok Tenggelam di Sungai Barito Ditemukan
Asep menuturkan, keluarganya membeli rumah tersebut pada tahun 2016. Saat itu, almarhum ayahnya membeli melalui pelelangan.
Keluarganya tak mengetahui saat pembelian rumah tersebut, ternyata tak bersama jalanan yang ada di depan rumah mereka.
Pada Oktober 2019, salah satu anak ahli waris pemilik tanah, Ruli, membangun dua tembok betok di sepanjang jalan gang rumahnya.Saat pertama kali dibangun, pihak Ruli masih memberikan akses keluar masuk rumah untuk keluarga Munir dengan lebar 2,5 meter.
Konflik mulai terjadi saat banjir melanda kawasan itu pada 21 Februari 2021 lalu. Pagar beton tersebut roboh.
Baca Juga:
Terjatuh dari Gedung Sarang Walet, Pria 58 Tahun Tewas di Palangkaraya
Ruli menduga robohnya pagar beton itu karena dihancurkan oleh keluarga almarhum Munir.
“Sekitar tanggal 24 Februari lalu dibangun (kembali) lah itu pagar beton dan ditutup total,” ujar Asep saat ditemui awak media di kediaman keluarganya.
Asep mengatakan, sejak penutupan total dengan pagar beton itu, tak hanya dirinya yang kesulitan beraktivitas. Empat anak-anak yang masih keluarganya yang tinggal di rumah tersebut juga terhambat aktivitasnya.“Jangankan tukang sayur, buang sampah aja susah. Ini sudah numpuk. Tukang sampah juga jalan aja, soalnya nggak ada akses masuk ke dalam sini,” ujarnya.
Sebelum ditutup total pagar beton, keempat anak tersebut disebut Asep masih bisa beraktivitas normal dengan anak-anak tetangga lainnya.
Kini, keempat anak itu hanya bisa bermain di sekitaran rumah saja.
“Anak-anak kecil ya kayak dipenjara aja. Harus manjat, susah (manjatnya),” ucapnya.
Asep menambahkan, untuk kendaraan pribadi, ia terpaksa harus menitipkan di tanah tetangganya.
“Kendaraan titip di tetangga. Alhamdulillah punya tetangga baik,” ucapnya.
Asep berharap masalah ini cepat selesai dan pihak keluarga yang membangun pagar beton tersebut mau membuka akses menuju rumah milik keluarganya lagi.
“Semoga aja dia dibukakan mata, pikirannya, segala-galanya,” pungkasnya. (suara.com)
-
HEADLINE23 jam yang lalu
Dua Bapaslon Jalur Non Partai Serahkan Syarat Dukungan ke KPU Banjarmasin
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Jemaah Termuda Kloter 1 Daftar Haji saat Umur 10 Tahun, Setor 2014 Berangkat 2024
-
Kalimantan Selatan2 hari yang lalu
Pelantikan Pengurus Wilayah Keluarga Besar PII Kalsel
-
HEADLINE19 jam yang lalu
Rumah di Banjarmasin Ambruk ke Sungai, Penghuni Keluar Lewat Jendela
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Embarkasi Haji Banjarmasin Berangkatkan Kloter 1, 320 Jemaah Menuju Madinah
-
Kota Banjarbaru22 jam yang lalu
Dua APILL Disiapkan, Atasi Kemacetan di Panglima Batur Banjarbaru