Ulas Kitab
Penglihatan Rasulullah ketika Isra dan Mi’raj, Mimpi atau Kasatmata?
Allah berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 60:
وَمَا جَعَلْنَا الرّÙÂؤْيَا الَّتÙÂيأَرَيْنَاكَ Ø¥ÙÂلا ÙÂÙÂتْنَةً Ù„ÙÂلنَّاسÙÂ
“Dan kami tidak menjadikan penglihatan yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia.”
Di antara mufasirin ada yang memahami bahwa “ar-ru’ya” pada ayat ini bermakna mimpi. Yaitu mimpi Rasulullah tentang Perang Badar sebelum perang itu terjadi. Kenyataannya, banyak mufasirin yang mengartikannya sebagai penglihatan kasatmata Rasulullah dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
Namun ada juga yang menyatakan bahwa Surat Al Isra’ ayat 60 itu adalah dalil bahwa Rasulullah itu Isra’ dan Mi’raj-nya melalui penglihatan mimpi, yaitu dengan memahami ru’ya itu sebagai penglihatan dalam mimpi.
Benarkah demikian?
Tentu pandangan tersebut menyelisihi keyakinan mayoritas ulama, yang menyatakan bahwa Isra’ dan Mi’raj-nya Rasulullah itu dengan sadar ruh dan jasad.
Syekh Abul Hasan al-Wahidy (w. 467 H) dalam Tafsir Al-Quran Al-Aziz menyatakan bahwa ru’ya dalam ayat ini berhubungan dengan peristiwa Isra’-nya Rasulullah dan hal itu dengan penglihatan terjaga.
يعنى ما أرى ليلة أسرى به وكانت رؤيا يقظة
Syekh Nawawi Banten dalam Tafsir Marah Labid menyatakan:
ليلة المعراج وهيما رآه النبى صلى الله عليه وسلم على اليقظة بعينيرأسه منعجائب الأرض والسماء
“(Penglihatan itu) pada malam Mi’raj, yaitu apa-apa yang dilihat oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dalam keadaan sadar; dengan kedua mata kepala beliau dari keajaiban-keajaiban bumi dan langit.”
Di bawah ini bukti riwayat bahwa Rasulullah itu melihat dengan mata kepala sendiri.
Pertama, kita lihat riwayat Ibn Abbas. Dikutip oleh Al Hafidz Jalaluddin as Suyuthi dalam ad-Durrul Mantsur.
هيرؤيا عين، أريها رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلة أسريبه إلى بيت المقدس، وليست برؤيا منام
Artinya: “Ibn Abbas (menafsiri Al Isra’ ayat 60) menyatakan bahwa itu adalah penglihatan mata yang diperlihatkan kepada Rasulullah pada malam beliau di-isra’-kan ke Baitul Maqdis, dan bukan penglihatan tidur (mimpi).â€Â
Yang mentakhrij riwayat dari Ibn Abbas bahwa ini adalah penglihatan mata, dan bukan mimpi adalah:
1.Abdur Rozaq
2.Sa’id Ibn Manshur
3.Ahmad
4.al-Bukhari
5.At-Tirmidzi
6.An-Nasai
7.Ibnu Jarir
8.Ibnu al-Mundzir
9.Ibnu Abi Hatim
10.At-Thabarany
11.Al-Hakim
12.Ibn Mardawaih
13.Al Baihaqi
Periwayatannya berasal dari para pakar hadits, termasuk Imam Bukhari, penulis Shahih al-Bukhari, juga Imam Ahmad, penulis Musnad Ahmad Ibn Hanbal.
Kedua, riwayat dari Ummi Hani’ bahwa ketika Rasulullah mendeskripsikan Baitul Maqdis secara tepat maka ada yang menyebut beliau sebagai seorang penyihir. Karena itulah turun ayat ini yang menjelaskan bahwa rukya itu menjadi fitnah bagi manusia yang ingkar.
Menafsirkan ayat tersebut, al-Hafidz Ibn Katsir (w. 774 H) dalam Tafsir Al-Quran Al-Karim menyatakan:
وقوله : (وما جعلنا الرؤيا التيأريناك إلا ÙÂتنة للناس) قال البخاريØÂدثنا عليبنعبد الله ØÂدثنا سÙÂيانعنعمرو عنعكرمة عنابنعباس (وما جعلنا الرؤيا التيأريناك إلا ÙÂتنة للناس) قال هيرؤيا عينأريها رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلة أسريبه…. وكذا رواه Ø£ØÂمد وعبد الرزاق وغيرهما ØŒ عنسÙÂيانبنعيينة به ØŒ وكذا رواه العوÙÂيعنابنعباس وهكذا ÙÂسر ذلك بليلة الإسراء مجاهد وسعيد بنجبير والØÂسنومسروق وإبراهيم وقتادة وعبد الرØÂمنبنزيد وغير واØÂد…. وتقدم أنناسا رجعوا عندينهم بعدما كانوا على الØÂÙ‚ لأنه لم تØÂمل قلوبهم وعقولهم ذلك ÙÂكذبوا بما لم ÙŠØÂيطوا بعلمه وجعل الله ذلك ثباتا ويقينا لآخرينولهذا قال : (إلا ÙÂتنة) أياختبارا وامتØÂانا
Artinya: “Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan Al-Isra: 60 bahwa yang dimaksud dengan “rukya” dalam ayat ini ialah pemandangan mata yang diperlihatkan kepada Rasulullah di malam Isra.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abdur Razzaq, dan lain-lainnya, dari Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas.
Hal yang sama telah ditafsirkan oleh Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, Al-Hasan, Masruq, Ibrahim, Qatadah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa hal itu terjadi di malam Isra’.
Dalam kisah Isra’ disebutkan bahwa ada segolongan orang menjadi murtad dari agama yang hak setelah mendengar kisah ini; karena kisah ini tidak dapat diterima oleh hati dan akal mereka, maka mereka mendustakannya. Akan tetapi, Allah menjadikan kisah ini sebagai kekokohan iman dan keyakinan sebagian manusia lainnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya Ø¥ÙÂلا ÙÂÙÂتْنَةً (melainkan sebagai ujian). Yakni sebagai cobaan dan ujian buat mereka.”
Ustadz Yusuf Suharto, alumni dan pengajar Pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar Jombang. (nuonline)
Editor : kk
-
Hukum3 hari yang lalu
Selewengkan Dana Program Kader Sosial HST, Terdakwa Ajukan Keberatan
-
Kalimantan Selatan2 hari yang lalu
Lahan Gambut di Jalan Gubernur Syarkawi Ditanami Jagung
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Curah Hujan Diprediksi Masih Tinggi, BPBD Banjarbaru Catat 169 Rumah Terendam Banjir
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Pasar Kindai Limpuar Gambut Calap, Pedagang Tutup Toko
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Nenek Armiah Memilih Bertahan Dikepung Air, Sartinah Tak Bisa Selamatkan Perkakas Rumah
-
BPBD KAB BANJAR3 hari yang lalu
Hujan Diprediksi Hingga Maret 2025, BPBD Banjar Imbau Masyarakat Waspada