Connect with us

Bisnis

Pebisnis Perumahan Bersubsidi di Kalsel Ikut Terimbas Menguatnya Dollar

Diterbitkan

pada

Salah satu Perumahan Bersubsidi yang ditawarkan oleh para Pengembang Perumahan. Foto : Arief

BANJARMASIN, Terus menguatnya nilai Mata Uang Dollar terhadap Rupiah, membuat pebisnis perumahan bersubsidi di Banua mengaku mulai ikut terkena dampak negatifnya. Salah satu pebisnis perumahan bersubsidi di Kota Banjarmasin, M Fazrin bahkan mengklaim, sejumlah bahan bangunan sudah mengalami kenaikan harga dipasaran.

“Baik itu semen, keramik hingga beberapa aksesoris rumah sudah naik dari 5-10 persen. Kenaikan ini tentunya membuat biaya pembangunan rumah bersubsidi menjadi membengkak,” tegas Wakil Direktur PT Awang Sejahtera Permai tersebut, Jumat (14/9).

Kenaikan harga bahan bangunan sendiri tidak serta merta membuat pihaknya bisa menaikkan harga jual. Hal itu mengingat harga jual perumahan bersubsidi sudah diatur oleh Pemerintah. Jadi pilihannya pengembang bersubsidi terpaksa harus mengurangi keuntungan.

“Untuk sekarang memang tidak terlalu besar kerugian yang diterima, karena sebagian besar bahan bangunan masih kita ambil dari stok lama yang ada di gudang. Namun kalau stok lama habis terpaksa kita harus membeli bahan bangunan dengan harga sekarang dengan jumlah besar,” tambahnya.

Wakil Direktur PT Awang Sejahtera Permai M Fazrin. Foto : Arief Rahman

Kondisi menguatnya Mata Uang Dollar menurutnya juga berbarengan dengan lemahnya daya beli masyarakat selama 1-2 bulan terakhir. Karena daya beli turun maka secara otomatis penjualan perumahan bersubsidi ikut mengalami penurunan. “Kalau dulunya kita bisa closing rumah bersubsidi rata-rata 1-2 unit perhari, maka kini setelah 2-3 hari baru 1-2 unit bisa kita jual,” ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) Kalsel H Muklis juga mengakui cukup sulitnya menjual perumahan subsidi di Banua sekarang ditengah turunnya daya beli masyarakat.

Jadi ketimbang berekspansi untuk membuka lahan perumahan baru, sekarang ini pihaknya lebih banyak memaksimalkan penjualan perumahan di kawasan lama yang belum 100 persen terjual unitnya.

“Kita kini lebih banyak menjual stok lama saja. Kecuali lahan yang lama stoknya sudah hampir habis, baru kita berekspansi. Sebab kalau bangun terus perumahan baru namun yang beli tidak ada, banyak sekali modal yang jadinya tertahan,” pungkasnya. (arief)

Reporter : Arief
Editor : Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->