Connect with us

Historia

Berjasa Besar Merancang Banjarbaru dan Palangkaraya, Begini Kondisi Makam Van der Pijl

Diterbitkan

pada


Pada saat itu, kota Banjarmasin sering diliputi banjir membuat Dr Murdjani pada waktu itu menunjuk Van Der Pijl untuk mengatasi yang saat itu beliau menjabat sebagai kepala Pekerjaan Umum. Tidak mudah bagi van der pijl untuk mengatasi kondisi kota saat itu yang masih sering terkena banjir. Saat itu Van Der Pijl pun mencari wilayah yang punya dataran tinggi, menuju sebelah timur dari kota Banjarmasin yang kurang lebih berjarak 35 Km.

Van Der Pijl akhirnya menetap di wilayah yang memang memiliki dataran tinggi yaitu Gunung Apam, Kabupaten Banjar, yang nantinya dikenal dengan Banjarbaru.

Nama Banjarbaru juga sempat mendapatkan protes dari berbagai kalangan, karena pada saat itu masih dendamnya warga Indonesia terhadap Belanda. Bahkan nama Banjarbaru sempat ingin dihapuskan dan diganti. Namun, seiring perkembangan dan pambangunan yang terus dicanangkan oleh pemerintah lewat Gubernur Kalimantan Dr Murjani mendapat dukungan dan rekomendasi dari Presiden RI Soekarno, Van Der Pijl mulai gencar merancang serta menghitung titik-titik wilayah yang memang terhindar dari banjir.

Pembangunan di Gunung Apam dimulai dengan membangun gedung perkantoran, jalan-jalan, serta perumahan. Banjarbaru awalnya dibagi menjadi empat wilayah, Banjabaru I, Banjarbaru II, Banjarbaru III, dan Banjarbaru IV.

Menata Kota Palangkaraya Untuk Menjadi Ibukota RI

Belum lagi rampung sepenuhnya pembangunan di Banjarbaru IV, Van Der Pijl diperintahkan kembali oleh Bung Karno untuk membangun calon ibukota RI yakni Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, guna perencanan pemindahan ibukota RI dari Jakarta ke Palangkaraya pada akhir tahun 1950.

Sebagaimana di Kalsel, Van Der Pijl pun menjabat sebagai Kepala Pekerjaan Umum Sipil Kering. Dan disanalah, Van Der Pijl membangun Kota Palangkaraya dari kantor pemerintahan, jalan akses utama perkotaan, sampai perumahan. Namun sayangnya, menjelang akhir 1961, Van Der Pijl mendapati masa pensiun. Sampai disitulah buah karya Van Der Pijl di Palangkaraya. Bangunan-bangunan dari rancangannya pun mempunyai ciri khas tersendiri seperti bebatuan kecil bercampur granit yang dipadu sedemikian rupa sering didapati pada kisi dinding bangunan.

Meski terbilang pensiun, Van Der Pijl ternyata tak mendapatkan hak pension sebagai PNS sebagaimana mestinya, sebagai PNS golongan IVF, jabatan tertinggi masa itu. Van Der Pijl bertekad keras untuk mendirikan Sekolah Teknik Mesin (STM) dan Akademi Teknik Nasional (ATN) direncanakan dibangun di belakang rumahnya

Hal tersebut, juga sempat diurus usai meninggal Van Der Pijl, sebagai dana pensiunan janda. Namun kala itu pihak keluarga kembali disuruh memilih. Kalau ingin pensiunan Van Der Pijl, maka tidak ada pension janda. Maka keluarga putuskan untuk mengurus dana pension janda.

Van Der Pijl juga mendirikan bioskop yang berada di tengah lingkungan pasar. Namanya bioskop ‘Sederhana’. Berkenaan dengan itu juga ia juga mendirikan bioskop di Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut. Sekarang sudah tidak ada lagi, kalau yang di Pelaihari berlokasi di samping lapangan sepakbola Hasan Basri. Sekarang sudah hancur jadi pemukiman penduduk, atau fasilitas lainnya.

Menurut keterangan yang didapat sosok Van Der Pijl itu sendiri adalah seorang perokok berat dan peminum kopi yang disaat dia menggambar desain bangunan dan menulis. Walau lama tinggal di Kalimantan, Van Der Pijl kadang masih berbicara menggunakan logat Belanda kepada keluarganya. (rico/berbagai sumber)

Reporter: rico/berbagai sumber
Editor: Abi Zharrin Al Ghifari


Laman: 1 2

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->