Connect with us

Budaya

Menikmati Deretan Program Menarik di Ubud Writers & Readers Festival 2018

Diterbitkan

pada

Berbagai kegiatan mengisi UWRW 2018 Foto: istimewa

UBUD, Ubud  Writers  &  Readers  Festival  (UWRF)  ke-15  akan dibuka 24 Oktober 2018 mendatang. Sebagai salah satu festival terkemuka di Asia Tenggara, UWRF telah mempersiapkan beragam program menarik yang tidak boleh dilewatkan. Selain Main Program berupa panel diskusi, UWRF juga memiliki deretan program kesenian yang menghadirkan para penyair, musisi, penari, sutradara, dan seniman dari Indonesia dan negara-negara lainnya. Beberapa program kesenian ini merupakan acara tak berbayar yang bisa diakses oleh publik dan dinikmati siapa saja.

Pencinta sastra bisa berjumpa para penulis dari seluruh dunia. Penikmat film berkesempatan untuk berbincang dengan sutradara ternama. Penggemar seni bisa mengagumi beragam instalasi seni serta larut dalam alunan harmoni dari para musisi favoritnya. Pemuja puisi dan kata-kata pun bisa ikut berekspresi dalam wadah terbaik yang dibutuhkannya.

Pada Rabu (24/10), UWRF akan menayangkan film dokumentasi perjalanan Chaplin pada tahun 1932, berjudul Chaplin in Bali (2017). Film ini merupakan salah satu film di UWRF yang pemutarannya didukung oleh Balinale – Bali International Film Festival. Sehari setelahnya, pada Kamis (25/10), para peserta UWRF dan publik bisa menikmati Marlina: Si Pembunuh Dalam Empat Babak (2017), film pilihan Komite Seleksi Oscar 2019 untuk mewakili Indonesia dalam mengikuti kompetisi Best Foreign Language Film pada Oscar ke-91 tahun depan.

Selain kedua film tersebut, UWRF juga menghadirkan pemutaran film lain yang tak kalah menarik. Love is a Bird (2018), yang merupakan karya terbaru dari Richard Oh, akan ditayangkan pada Jumat (26/10). Laut Bercerita (2017) yang diadaptasi dari novel Leila S. Chudori dan disutradarai oleh Pritagita Arianegara juga ditayangkan pada hari yang sama.

Sekala Niskala (2017), film karya Kamila Andini yang banyak menuai pujian ditayangkan pada Sabtu, (27/10). Film tersebut berkisah tentang seorang gadis muda masuk ke dalam dunia mimpi untuk menghadapi rasa sakit kehilangan saudara kembarnya yang akan dihadapinya, yang bisa membawa para penonton pada perjalanan yang imersif dan menghipnotis. Menariknya, beberapa pemutaran film di UWRF ini juga akan diikuti oleh sesi tanya jawab bersama para sutradara.

UWRF akan memuaskan hasrat para pencinta buku dengan menggelar peluncuran buku di beberapa lokasi sekitar Ubud. Nayla karya Djenar Maesa Ayu yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Sebastian Partogi dan disunting oleh Kan Lume, akan diluncurkan di Blanco Renaissance Museum pada Kamis, (25/10).

Para peserta Festival pun bisa bergabung bersama kelima Emerging Writers UWRF dalam peluncuran UWRF18 Bilingual Anthology pada Sabtu (27/10) di Joglo @ Taman Baca. Selain kedua buku tersebut, masih banyak buku menarik lain yang akan diluncurkan dalam rangkaian acara UWRF. Tema dan jenis bukunya pun beragam, dari sejarah hingga politik, novel hingga buku foto.

Para penggemar seni juga bisa menikmati instalasi seni karya seniman terbaik dari Indonesia. Pameran bertajuk Anonymous Ancestors karya Budi Agung Kuswara yang merupakan sosok di balik poster #UWRF18 juga akan ditampilkan di Casa Luna, dari 25 Oktober-25 November. Comfort Zone – A Solo Exhibition by Kunchir Sathya Viku telah dibuka di Littletalks Ubud sejak 30 September dan akan berlangsung hingga 30 Oktober mendatang. Para pengunjung UWRF pun bisa menikmati pameran seni lainnya seperti GloBALIzation yang menggambarkan budaya dan moderenitas yang berseberangan, PAUSE; URBAN DECAY yang menghadirkan karya fotografi ruang urban, Masa Subur karya para seniman perempuan Indonesia, dan masih banyak lagi.

Bagi para penggemar puisi, UWRF memberi ruang untuk berekspresi hingga membacakan karya terbaiknya dalam sesi Piknik Puisi dan Ekspresi yang akan diselenggarakan di Taman Puisi. Selain itu, UWRF juga menghadirkan Women of Words Poetry Slam yang didukung oleh PWAG Indonesia untuk merayakan feminisme dan keberagaman dalam rangkaian kata-kata yang indah. Tidak terlewat, ada pula Hujan Bulan Juni, sebuah pertunjukkan musikalisasi puisi dengan penampilan dari Teater Kalangan, Jovan Yudistira, Sams, Kwal, dan Resonansi Ruang. Para pengunjung Festival pun bisa bersiap tenggelam dalam sajak-sajak yang akan dibawakan Tishani Doshi dan pembacaan karya oleh Dee Lestari dalam sesi Aroma Karsa.

Penampilan komposer musik jazz Spanyol Rodrigo Parejo, pemain alat musik kora Miriam Liebermann, serta penyair Saras Dewi dan Kadek Sonia Piscayanti dapat dinikmati dalam dalam sesi From Bali to West Africa. Musik dan harmoni dalam sesi The World We Create akan menghadirkan Brozio Michael Band, Gabriel Mayo, dan Pagi Tadi. Para musisi tersebut akan mengeksplorasi tema UWRF ‘Jagadhita’ lewat nada agar dapat dinikmati peserta Festival. Sebagai penutup perhelatan festival sastra ini, UWRF menghadirkan penampilan terbaik dari

 Filastine & Nova, Ika and The Soul Brothers, dan Gaya Gayo. Closing Night Party UWRF merupakan acara kesenian yang penuh dengan musik, tari, dan apresiasi, yang dapat dinikmati pukul 19.00-23.00 Wita pada Minggu (28/10) di Blanco Renaissance Museum.

 UWRF  adalah  sebuah  perayaan  sastra  dan  seni  berkelas  dunia  yang  membawa  180  lebih  figur-figur  mengagumkan  dari  30  negara  di  seluruh  dunia  yang  akan  tampil  di  atas  satu  panggung.  Dari  tanggal  24-28  Oktober, mereka  akan  berbagi  kisah,  ide,  dan  inspirasi  dalam 70 sesi panel  diskusi yang  akan  berlokasi  di venue  utama,  yaitu  Taman  Baca,  Indus  Restaurant,  dan NEKA  Museum.  Ada lebih dari 100 program lain yang terdiri dari pemutaran film, peluncuran buku, pameran seni, Festival Club, dan masih banyak lagi. Kunjungi  website  Ubud  Writers  &  Readers Festival  di  www.ubudwritersfestival.com untuk  informasi  lebih  lanjut. (cel/rls)

Reporter: Cel/rls
Editor: Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->