Connect with us

Haul ke-13 Sekumpul

Sungai Kacang Cikal Bakal Sekumpul, Dari Keraton ke Mushalla Ar Raudhah

Diterbitkan

pada

Mushalla Ar Raudhah

Pada Agustus 2004, rampunglah rumah megah berlantai dua bergaya Spanyol dengan aksen Mediterania. Sungguh membuat kagum dan nyaman mata memandang. Rumah itu kini menjadi kediaman dua putera Guru Sekumpul, Muhammad Amin Badali dan Ahmad Hafi Badali.

Angka 17 menjadi hitungan tersendiri dalam Kompleks Ar Raudhah atau biasa disebut dalam regol. Di samping mushalla berderet tujuh rumah dan di seberangnya juga tujuh unit rumah. Ditambah rumah Guru Sekumpul dan dua yang mengapit, jumlahnya klop dengan angka keramat 17. Menariknya, rumah itu memiliki ciri khas yang relatif tidak berubah sampai detik ini, beratap genteng hijau tua dan teras ukuran persegi panjang dengan atap cor beton bercat putih.

Di sekeliling kompleks mushalla, nyaris tidak ada lahan kosong. Ratusan rumah menyemut hingga menjadikan Kompleks Sekumpul perkampungan perkotaan yang elit, mewah namun memancarkan kedamaian. Ini sangat berbeda jauh dengan kondisi pada tahun 1980-an. Kawasan itu ibarat hutan belantara yang penuh semak belukar pohon karamunting. Hanya satu-dua rumah yang tampak. Barangkali tidak seorang pun menyangka kondisi itu berubah 180 derajat.

Sekitar tahun 1987, di sekitar kawasan tersebut, hanya ada satu-dua rumah yang berdiri. Sedang sisanya cuma hutan belantara dan lahan melompong bertebaran tanah merah.

Pada dekade 1980-an, pengajian masih digelar di Mushalla Darul Aman, Jalan Sasaran, Kelurahan Keraton, Martapura. Baru pada awal 1989, pengajian pindah ke lokasi baru sekaligus menandai era baru dunia syiar Islam di Martapura.

Perubahan terjadi dalam penyebutan kawasan itu. Semula, sekitar hutan karamunting masyhur dengan sebutan Sungai Kacang. Ketika pengajian hijrah, KH Muhammad Zaini Abdul Ghani memopulerkan nama baru yakni Sekumpul.

Memang, sejak pertengahan 1970-an, kawasan itu sebagian ada yang menamakan Sekumpul. Namun, panggilan tersebut tidak populer dan banyak orang yang justru tidak kenal serta masih menyebutnya Sungai Kacang. Lebih dari itu, hingga 1980-an, di ujung jalan yang bermuara di Jalan A Yani, terpampang plang nama Jalan Sungai Kacang. Ketika beliau pindah, terminologi Sekumpul mulai dikenal orang.

Perubahan nama juga menjadi awal dari pergantian sapaan akrab ulama kelahiran 11 Februari 1942/27 Muharram 1361 H ini. Di tempat lama, panggilan sang kiai cenderung beragam. Ada yang menyapa Guru Zaini, Guru Izai -bagi warga Martapura dan sekitarnya sebutan ini tidak punya adab dan kasar- hingga Guru Keraton. Ketika hijrah ke Sungai Kacang itulah beliau dikenal dengan nama baru Guru Sekumpul.

Cuma, tak semua warga memberi sapaan senada. Ada yang masih memanggil dengan sebutan lama. Tapi, bagi sebagian warga Martapura, terutama warga asli, sapaan Guru Izai terasa agak kasar dan tidak punya adab. Karenanya, mereka relatif memakai sapaan Guru Sekumpul atau Abah Guru. Konon, tinggallah kini warga bukan asli Martapura yang masih menggunakan sapaan semisal Guru Izai.

Penyebutan nama Guru Sekumpul ikut menghiasi pemberitaan koran lokal. Sebelumnya, jika tema Sekumpul dimuat di koran, nama yang ditulis pasti Guru Izai atau Guru Zaini.

Perkembangan kawasan Sekumpul juga diiringi meroketnya harga tanah. Dahulu, harga per meter persegi hanya berkisar puluhan ribu rupiah. Tapi sekarang, puluhan juta per meter, itu pun lahannya nyaris tidak ada lagi. Harga tertinggi dipegang lahan sekitar Kompleks Ar Raudhah, dekat kediaman Guru. Banyak orang kaya mendadak dari bisnis jual beli tanah di sekitar Sekumpul.

Lahan kosong yang semula untuk tempat parkir di sekitar Kompleks, banyak yang berganti hutan beton. Kalau terus dibiarkan dan ditata seadanya, tidak mustahil rimbunnya hutan karamunting hanya tinggal kenangan. Rimbunnya belantara beton setidaknya turut menguatkan argumen bahwa Sekumpul mencatat inflasi tertinggi di Kabupaten Banjar.

Populernya nama Sekumpul membawa berkah pula bagi pencari merek dagang. Tak heran banyak warung, toko, restoran atau kedai kaki lima bernama Sekumpul. Bahkan, PT Mandrapurna Aditama, menjadikan Sekumpul sebagai merek dagang untuk produk air mineral dalam kemasan. Konon, kejayaan air merek Sekumpul berhasil mengalahkan pesaingnya, semisal Aqua, Club ataupun Prof, setidaknya untuk kawasan Martapura dan sekitarnya. (berbagai sumber)

Reporter: Berbagai Sumber
Editor: Ab Zharrin Al Ghifarri


Laman: 1 2

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->