Connect with us

HEADLINE

Saat Sungai-Sungai di Banjarmasin Menjadi “Sakit” Akibat Eksploitasi Lahan


Tingginya tingkat keasaman sejumlah sungai di Banjarmasin tidak terlepas dari eksploitasi lahan gambut seperti masifnya lahan sawit, persawahan dan pemukiman


Diterbitkan

pada

Kondisi sungai di Banjarmasin memiliki tingkat keasaman tinggi yang berbahaya. Foto : net

BANJARMASIN, Tingkat kadar keasaman air sungai di Banjarmasin belakangan ini meningkat drastis. Di sejumlah kawasan, seperti halnya air sungai depan Rumas Sakit Ansari Saleh, atau yang lebih dikenal sebagai Sungai Awang, kadar keasamannya sangat pekat!

Hal ini disampaikan Asisten II Sekdako Banjarmasin Drs H Hamdi disela acara dua tahun kepempimpinan Walikota Banjarmasin Ibnu Sina, beberapa waktu lalu. Berdasarkan penelitian air sungai di depan Ansari Saleh tersebut tingkat pH hanya 3, padahal idealnya air sungai itu tingkat pH adalah 7.

Meski diakui, wilayah Banjarmasin yang notabene daerah bergambaut memiliki tingkat keasaman air sungai memang tinggi. Tetapi melihat kenyataan sekarang sampai pH tiga berarti sudah ada yang kurang beres terhadap lingkungan wilayah ini.

Hamdi memperkirakan tingginya tingkat keasaman tersebut tidak terlepas dari eksploitasi lahan gambut sekitar Banjarmasin, umpananya dijadikan lahan-lahan sawit dan lahan persawahan atau pemukiman.

“Dengan pembukaan lahan gambut secara besar-besaran wilayah Banjarmasin dan sekitarnya itulah yang menyebabkan lapisan pirit lahan gambut yang sangat asam keluar kemana-mana dan menumpuk wilayah Sungai Awang,” ujarnya.

Kalau melihat kadar keasaman sepekat tersebut maka air itu jangankan untuk minum, untuk kehidupan ikan saja akan susah di sungai tersebut. Itu hanya kadar keasaman yang mempengaruhi kualitas air di Banjarmasin, belum lagi gangguan kualitas lainnya seperti kandungan bakteri coli yang sangat tinggi yang mencapai belasan ribu PPM padahal idealnya hanya 250 PPM.

Termasuk tingkat kekeruhan yang menandakan sungai wilayah Banjarmasin terkontaminasi lumpur akibat erosi dan kerusakan hutan wilayah hulu. “Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas air sungai di Banjarmasin tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah setempat saja, melainkan harus melibatkan banyak pihak di antara pemerintah kabupaten/kota,” ujarnya dilansir Antara.

Meski dikenal sebagai kota sungai, tapi ternyata kondisi sungai di Banjarmasin sudah dalam kategori gawat. Dari hasil penelitian batas aman air sungai sudah di ambang batas tercemar berat. Sebelumnya, masalah baku mutu air sungai di Banjarmasin pun disentil oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutan.

Parahnya, penghitungan itu sudah lima kali lipat kategori pencemaran berat. Idealnya kategori pencemaran berat memiliki skor minus 31. Hasil pemeriksaan tahun 2016 lalu, angka pencemaran di Banjarmasin sudah mencapai minus 155. Angka itu didapat dari 27 parameter penghitungan seperti BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), merkuri, hingga kadar  E Coli.

Hasil terparah adalah escherichia coli (E Coli). Penyebabnya, lagi-lagi limbah domestik warga Banjarmasin yang masih menggunakan jamban. E Coli berkembang-biak di usus besar manusia. Tingkat pencemaran E Coli ke sungai selaras dengan masih banyaknya toilet apung.

Bagi kesehatan, E Coli menyebabkan diare. Ketentuan standar kandungan bakteri E Coli sebesar 100 mpn (most probable number) per 100 mm (millimeter). Namun, kandungan bakteri E Coli sungai di Banjarmasin sudah jauh di atas ambang standar, bahkan mencapai belasan ribu mpn.

Ketentuan air sungai dikatakan normal apabila hasil penghitungannya nol. Tercemar ringan dengan skor minus satu hingga minus sepuluh. Untuk tercemar sedang minus 11 hingga minus 30. Dan tercemar berat di atas minus 31.

Terkait hal ini, Walikota Ibnu Sina optimis pencemaran air sungai di Banjarmasin bisa diminimalisir. Satu-satunya cara adalah dengan memindahkan jamban yang ada di sungai. Dengan begitu penyumbang E Coli dapat ditekan.

Meski demikian, tetap ada kendala untuk menekan angka pencemaran sungai di Banjarmasin. Sebab, lanjutnya, wilayah Banjarmasin merupakan hilir sungai. Jika Banjarmasin saja yang menekan jumlah jamban di sungai, maka tidak akan berpengaruh banyak jika bagian hulunya tidak melakukan hal yang sama. “Satu-satunya cara ya dengan menggerakkan Banjar Bakula,” ujarnya.(ammar/ant/net)

Reporter : Ammar/ant/net
Editor : Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->