Connect with us

RELIGI

Kisah KH Hasyim Asy’ari Mengambil Cincin Gurunya dari Lubang WC

Diterbitkan

pada

KH Hasyim Asy’ari Foto: net

Salah satu rahasia seorang murid bisa berhasil mendapatkan ilmu dari gurunya adalah taat dan hormat kepada gurunya. Guru adalah orang yang punya ilmu. Sedangkan murid adalah orang yang mendapatkan ilmu dari sang guru.

Seorang murid harus berbakti kepada gurunya. Dia tidak boleh membantah apalagi menentang perintah sang guru (kecuali jika gurunya mengajarkan ajaran yang tercela dan bertentangan dengan syariat Islam maka sang murid wajib tidak menurutinya). Kalau titah guru baik, murid tidak boleh membantahnya.

Inilah yang dilakukan Kiai Hasyim Asy’ari (Pendiri Nahdlatul Ulama). Beliau nyantri kepada KH Kholil Bangkalan. Di pondok milik Kiai Kholil, Kiai Hasyim dididik akhlaknya. Saban hari, Kiai Hasyim disuruh gurunya angon (merawat) sapi dan kambing. Kiai Hasyim disuruh membersihkan kandang dan mencari rumput. Ilmu yang diberikan Kiai Kholil kepada muridnya itu memang bukan ilmu teoretis, melainkan ilmu pragmatis. Langsung penerapan.

Sebagai murid, Kiai Hasyim tidak pernah mengeluh disuruh gurunya merawat sapi dan kambing. Beliau terima titah gurunya itu sebagai khidmat (penghormatan) kepada guru. Beliau sadar bahwa ilmu dari gurunya akan berhasil diperoleh apabila sang guru ridha kepada muridnya. Inilah yang dicari Kiai Hasyim, yakni keridhaan guru.

Beliau tidak hanya berharap ilmu teoretis dari Kiai Kholil tapi lebih dari itu, yang diinginkan adalah berkah dari KH. Kholil Bangkalan.

Kalau anak santri sekarang dimodel seperti ini, mungkin tidak tahan dan langsung keluar dari pondok. Anak santri sekarang kan lebih mengutamakan mencari ilmu teoretis. Mencari ilmu fikih, ilmu hadits, ilmu nahwu shorof, dan sebagainya. Sementara ilmu “akhlak” terapannya malah kurang diperhatikan.

Suatu hari, seperti biasa Kiyai Hasyim setelah memasukkan sapi dan kambing ke kandangnya, Kiai Hasyim langsung mandi dan shaolat Ashar. Sebelum sempat mandi, Kiai Hasyim melihat gurunya, Kiai Kholil termenung sendiri. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hati sang guru. Maka diberanikanlah oleh Kiai Hasyim untuk bertanya kepada Kiai Kholil.

“Ada apa gerangan wahai guru kok kelihatan sedih?” tanya Kyiai Hasyim kepada KH. Kholil Bangkalan.

”Bagaimana tidak sedih, wahai muridku. Cincin pemberian istriku jatuh di kamar mandi. Lalu masuk ke lubang pembuangan akhir (septictank),” jawab Kiai Kholil dengan nada sedih.

Mendengar jawaban sang guru, Kiai Hasyim segera meminta izin untuk membantu mencarikan cincin yang jatuh itu dan diizini. Langsung saja Kiai Hasyim masuk ke kamar mandi dan membongkar septictank (kakus). Bisa dibayangkan, namanya kakus dalamnya bagaimana dan isinya apa saja. Namun Kiai Hasyim karena hormat dan sayangnya kepada guru tidak pikir panjang.

Beliau langsung masuk ke septictank itu dan dikeluarkan isinya. Setelah dikuras seluruhnya, dan badan Kyai Hasyim penuh dengan kotoran, akhirnya cincin milik gurunya berhasil ditemukan.

Betapa riangnya sang guru melihat muridnya telah berhasil mencarikan cincinnya itu. Sampai terucap doa:

“Aku ridha padamu wahai Hasyim, Kudoakan dengan pengabdianmu dan ketulusanmu, derajatmu ditinggikan. Engkau akan menjadi orang besar, tokoh panutan, dan semua orang cinta padamu.”

Demikianlah doa yang keluar dari KH. Kholil Bangkalan. Karena yang berdoa seorang wali, ya mustajab. Tiada yang memungkiri bahwa di kemudian hari, Kiai Hasyim menjadi ulama besar. Mengapa bisa begitu?

Disamping karena Kiai Hasyim adalah pribadi pilihan, beliau mendapat “berkah” dari gurunya karena gurunya ridha kepadanya.(sahifa)

Reporter: Shifa
Editor: Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->