Connect with us

HEADLINE

Digencet Minyak Goreng Mahal, Usaha Kripik Rozaq Tutup Sementara

Diterbitkan

pada

Rozaq memperlihatkan usaha kripik miliknya yang sementara setop tidak beroperasi. Foto: muhammad

KANALKALIMANTAN.COM, KOTABARU – Di tengah suasana pandemi Covid-19, harga minyak goreng melambung membuat salah satu pelaku usaha kecil berpikir tetap bertahan. Seperti usaha pembuatan kripik singkong dan pisang di Kotabaru yang terus digencet harga minyak goreng yang kelewat mahal.

Suasana sepi dan jauh dari aktifitas penggorengan kripik, itulah yang terlihat saat Kanalkalimantan.com menyambangi rumah Nur Abdul Rozaq, tempat usaha kripik singkong dan pisang yang ada di Desa Gunung Ulin, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kotabaru, Sabtu (5/3/2022) pagi.

Ketika ditanya langsung kenapa tidak membuat kripik, Rozaq, sang pemilik usaha pembuatan kripik singkong dan pisang itu hanya bisa bergumam bahwa harga minyak goreng yang tinggi tak mampu menutupi hasil yang didapat. Bahkan, karena sudah sebulan lebih tak berproduksi ia harus rela menggunakan uang modal usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Mau bagaimana lagi mas, sebelum Covid-19 saya masih bisa memproduksi kripik empat kali sebulan melakukan pengiriman, dan setelah adanya corona hanya mampu bertahan dua kali dalam sebulan, dan sekarang setelah harga minyak goreng melonjak, untuk memproduksi satu kali saja kesulitan,” ungkapnya.

 

 

Baca juga: Mangkir Dua Kali Pemanggilan, Jadi Tersangka Mantan Kadis LH Kotabaru Ditahan

Ia yang mempunyai tiga orang anak terpaksa harus berhenti sementara untuk membuat kripik. Karena biasanya ia membeli harga minyak goreng satu derijen 18 liter seharga Rp 255 ribu, sekarang membeli minyak goreng di pasaran telah dibatasi hanya boleh per orang dua liter saja dan itu pun harganya naik.

“Sebelumnya kami membeli kalau dihitungnya harga per liternya masih pada kisaran harga 12 ribu, dan sekarang naik menjadi 19 ribu per liter. Kami terpaksa harus setop sementara, dan juga berdampak pada tiga orang pegawai yang sekarang mesti mencari pendapatan lain,” jelasnya.

Rozaq memperlihatkan usaha kripik miliknya yang sementara setop tidak beroperasi. Foto: muhammad

Bayangkan saja, sambungnya lagi, dalam satu kali produksi atau menggoreng kripik pisang memerlukan minyak goreng sebanyak 40 liter. Nah, dengan adanya kenaikan pastinya membuatnya rugi kalau harus mempertahankannya.

“Saya berpikir untuk bisa mensiasatinya nanti agar tetap bisa berjualan kripik dengan mengurangi bumbunya atau mengurangi berat dalam satu kemasan kripik yang akan dilempar ke pasar,” terangnya.

Melihat kondisi yang ada, ia berharap khususnya kepada pemerintah untuk bisa mencarikan solusi terbaiknya sehingga produksi kripik rumahannya terus berproduksi sebagaimana harapan. Memang diawal bulan Maret ia sempat memproduksi namun minyak yang dipakai sisa dari stok sebelumnya.

Baca juga: Safari Nyepi di Balai Basarah, Bupati Barsel: Bersatu dan Kokoh dalam Perbedaan

“Mudah-mudahan situasi ini cepat berlalu. Sehingga, saya sebagai pelaku usaha kecil dapat bertahan guna memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan baik,” pungkasnya. (Kanalkalimantan.com/muhammad)

Reporter : muhammad
Editor : bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->