HEADLINE
Bulir Padi Tak Keluar Selama Dua Tahun di Tatah Makmur
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Selain alih fungsi lahan sawah, petani di Tatah Makmur Banjarmasin mengeluhkan padi mereka yang gagal panen dalam dua tahun terakhir karena tergenang banjir rob atau air pasang surut.
Seperti yang dialami Warsono (70), tanaman padi miliknyak seluas setengah hektare tak bisa lagi hasilkan bulir padi alias gagal panen selama kurang lebih dua tahun, karena dipicu air pasang yang kerap menutupi lahan sawah.
Penelusuran Kanalkalimantan.com, tanama padi setengah hektare tersebut masih berwarna hijau. Warsono mengatakan, harusnya ini sudah masuk musim panen dan padi menguning, tapi masih berwarna hijau dan tidak berbuah.
Baca juga: Cek Kenaikan UMP 2026 Kalimantan di Semua Provinsi, Potensi Naik 10,5%!
Kondisi sangat memukul keluarganya mengingat biaya awal yang dikeluarkan untuk tanam padi tidak sedikit.
“Kami sudah keluarkan banyak biaya di awal, tapi belum panen selama dua tahun ini,” ucap Warsono, pada Rabu (19/11/2025).
Pakar Agronomi Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Dr Dewi Erika Adriani SP MP PhD menanggapi fenomena tersebut. Menurutnya, padi sangat peka terhadap penyinaran terutama padi lokal. Namun, melihat cuaca sekarang yang lebih sering hujan membuat padi tersebut kurang menerima sinar matahari.

Pakar Agronomi ULM, Dr Dewi Erika Adriani SP MP PhD. Foto: fahmi
Kondisi itu akan diperparah jika padi terendam banjir atau tergenang karena akan menghambat pembuahan. Jika padi sudah dalam kondisi bunting (hamil), air di permukaan maksimal 5-10 cm.
“Kalau airnya tinggi akan menghambat malai atau bunga padinya. Malai yang basah tidak bisa mengisi beras, sehingga disebut gabah hampa atau kosong,” jelas Dewi kepada Kanalkalimantan.com, pada Selasa (9/12/2025).
Apabila malai atau bunga padi sudah keluar, harusnya kondisi sawah dalam keadaan becek atau berlumpur saja. Jika arela persawahan tergenang lebih dari 10 centimeter akan berdampak pada gabah yang dihasilkan.
Solusi jangka pendeknya bisa menggunakan sawah sistem apung atau tanam di atas permukaan air dengan media rakit seperti bambu, sehingga tak akan tenggelam oleh banjir.
Dua kabupaten di Kalsel yakni Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Banjar mulai mencoba teknik ini dan terbukti efektif menyisiati efek banjir rob terhadap tanaman padi.
Baca juga: Ketua DPRD Kotabaru Apresiasi Kejuaraan Menembak HUT Ke-54 Korpri
Oleh karena itu, Dewi berpesan kepada petani-petani untuk tidak menutup diri jika ada inovasi dari akademisi maupun pemerintah seputar pertanian.
Apresiasi sebanyak-banyaknya harus diberikan kepada petani-petani yang masih setia menggeluti profesinya di tengah gempuran alih fungsi lahan pertanian, kesulitan pupuk, sampai ancaman banjir rob.
“Saya tetap berharap Bapak Petani itu tetap mempertahankan usahanya, karena kita mau makan dari mana kalau bukan dari beliau-beliau yang menyiapkan kita makan,”ungkap Dewi.
Baca juga: Polres dan Dishub HSU Temukan 11 Titik Jalan Rusak
Pemerintah dalam hal ini dinas atau kementerian terkait juga harus terus mendukung para petani dengan memberikannya fasilitas seperti alat simpan, benih, pupuk, dan pestisida.
“Wajib selalu disupport karena peran mereka sangat penting selama kita masih makan nasi,” pungkas Dewi. (Kanalkalimantan.com/fahmi)
Reporter: fahmi
Editor: bie
-
NASIONAL2 hari yang laluCek Kenaikan UMP 2026 Kalimantan di Semua Provinsi, Potensi Naik 10,5%!
-
Kanal3 hari yang laluUMR Kalimantan 2025 Jelang Pengumuman UMP 2026: Cek UMP dan UMK Lengkap Semua Provinsi
-
HEADLINE3 hari yang laluSawah Menyempit Bikin Panen Sedikit, Petani Tatah Makmur Banjarmasin Menjerit
-
Kabupaten Balangan3 hari yang laluTinggi Muka Air Sungai Balangan Naik, Empat Desa Dilanda Banjir
-
HEADLINE3 hari yang lalu12 Sekolah di Banjarbaru Buka Penginapan Gratis Jemaah Sekumpul
-
HEADLINE2 hari yang laluBendahara Dinkes Banjarbaru Terbukti Pakai Uang Rp2,6 Miliar, IS Sudah Masuk Kantor



