Connect with us

HEADLINE

Gangguan Jiwa Meningkat Saat Pandemi, Psikiater RS Ratu Zalecha: Pasien Bisa 46 Orang Sehari!

Diterbitkan

pada

dr Winda menyampaikan meningkatnya gangguan kejiwaan saat pandemi Foto: nurul

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Kesulitan di masa pandemi Covid-19 membuat masyarakat mengalami guncangan mental karena ketidaksiapan berhadapan kondisi yang sulit. Tak heran, tingkat gangguan kejiwaan masyarakat Kalsel pun meningkat tajam.

Winda Oktari, Sp.KJ, dokter spesialis kejiwaan di RSUD Ratu Zalecha kepada Kanalkalimantan.com, mengatakan meningkatnya gangguan kecemasan.

“Gangguan depresi di saat pandemi tidak terlalu meningkat, namun untuk gangguan kecemasan atau anxiety disorder memang sangat meningkat,” ujarnya, saat ditemui di sebuah kafe di Banjarbaru, belum lama tadi.

Baca juga: Saling Klaim Pengelolaan Makam Sultan Banjar, Pemko Banjarmasin Dibikin ‘Puyeng’

 

Di RS Ratu Zalecha, ia mengatakan bahwa pasien Covid sebagian akhirnya dipengaruhi oleh kondisi psikologis. Dimana banyak dari mereka yang mengalami perubahan mood.

“Indikasi depresi ditemukan, tapi bersifat ringan. Seringkali kondisi kejiwaan pasien Covid yang tidak senang dan bosan sendiri di ruangan isolasi mempengaruhi progress pengobatan,” jawabnya.

Hal ini berdampak lonjakan jumlah pasien yang mendatangi poli jiwa. Jika dibandingkan dengan sebelum pandemi meningkat hampir 50%.

“Dulu sebelum pandemi dalam sehari paling banyak 25 pasien, sekarang (saat pandemi) bisa sampai 46 orang sehari. Rata-rata dalam sebulan itu 400 pasien dengan status rawat jalan, paling banyak berasal dari Kota Martapura dan Banjarbaru,” ungkapnya.


dr Winda memaparkan, faktor yang berperan penting menjadi penyebab terganggunya kesehatan mental di saat pandemi adalah masalah ekonomi. Hal ini disebabkan oleh perubahan situasi yang menghasilkan perubahan emosional.

“Tipsnya sih biar tetap waras di saat pandemi seperti ini kita belajar untuk menerima keadaan, karena kunci utamanya harus menerima dulu,” katanya.

Baca juga: Program Kampus Mengajar Angkatan I di Kapuas Berakhir

Ia juga berpesan agar masyarakat yang merasa ada yang tidak beres dengan jiwanya selama menghadapi pandemi Covid-19, agar jangan takut mendatangi psikiater. Walau saat ini, dr Winda mengatakan keengganan masyarakat datang ke psikiater masih besar.

“Ada beberapa penyebab orang enggan ke psikiater itu karena akses yang sulit, mobilitas, masih terpengaruh stigma, dan pertimbangan biaya. Padahal sekarang semua sudah difasilitasi oleh asuransi BPJS. Kalo tidak pakai BPJS memang mahal, bahkan ada obat yang per butirnya itu seharga Rp30.000, tapi semua obat untuk ODGJ sudah dijaminkan oleh BPJS, kok!” tegasnya.

dr. Winda juga mengajak masyarakat mematahkan stigma terhadap obat yang diberi psikiater mengandung efek ketergantungan. “Banyak orang yang takut datang ke psikiater karena menganggap obat yang kami berikan akan memberikan efek ketergantungan, padahal memang itu yang sangat dibutuhkan,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh tidak seimbangnya hormon dan fungsi neuron-transmitter di dalam otak, sehingga kemampuan berpikir dan perasaannya menjadi terganggu.

“Nah, fungsi obat itu untuk menyeimbangkan hormon di otak itu,” ucapnya.
Ia mencontohkan, apabila seseorang kekurangan hormon dopamin maka mood-nya akan kacau. Sebab hormon dopamin salah satu fungsinya sebagai pengendali emosi.

“Obat itu hanya salah satu cara penyembuhan, proses pengobatan juga mempertimbangkan 3 faktor penting. Ada faktor biologis, psikologis, dan sosial,” ujarnya.

Kesalahan yang kerap kali dilakukan, adalah tidak bertanya kepada profesional dan lebih memilih mencari informasi di-google. “Saya 10 tahun belajar di dunia kedokteran, termasuk ilmu psikiatri. Orang-orang kadang self diagnosa bermodalkan searching google,” ujarnya.

Baca juga: HUT Bhayangkara: KontraS Catat Ada 651 Kasus Kekerasan oleh Polisi

Namun, ia juga cukup mengapresiasi terhadap para penyelenggara seminar online ataupun webinar yang membahas tentang kesehatan mental. “Apresiasi besar terhadap semangat untuk mengedukasi di saat pandemi. Kritiknya sih, supaya informasinya diperluas lagi dan pemateri yang dipanggil sekiranya dapat diterima oleh para peserta seminar,” ucap dr Winda.

dr. Winda juga menjelaskan salah kaprah yang umum dipahami masyarakat bahwa ODGJ tidak terkena Covid-19, sebagai dalil yang salah besar. “Mungkin yang mereka maksud itu adalah gelandang psikotik, ODGJ biasanya yang tidak terurus dan menggelandang di jalanan,” ujarnya.

Jenis gangguan jiwa ada banyak sekali, gelandang psikotik itu termasuk tipe yang parah dan kemampuan kognitifnya terganggu. “Dari berbagai penelitian, orang yang kognitifnya terganggu malah lebih mudah tertular covid. Karena mereka kan nggak ngerti gimana menerapkan protokol kesehatan. Orang yang mempunyai statement seperti itu minim informasi dan masih percaya stigma,” tegasnya. (Kanalkalimantan.com/nurul)

Reporter: nurul
Editor: cell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->