Connect with us

Politik

Rustika Herlambang: Rata-rata Netizen Sebenarnya Sudah Resah dengan Hoaks

Diterbitkan

pada

Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, Rustika Herlambang. Foto : Suara.com /Muhaimin A Untung

Apakah memang terstruktur, ada yang mengeluarkan rutin setiap bulan? Kok bisa kemudian sampai dipetakan seperti itu?

Memang kita sebenarnya hanya menghitung di antara sekian banyak isu hoaks itu, isu hoaks mana sih yang mendapatkan reaksi netizen paling banyak. Jadi sebenarnya, misal, kasus tiga emak beberapa waktu lalu, ternyata di media sosial itu mereka nggak banyak omong.

Tapi, isu terkait dengan TKA dan PKI, itu adalah isu yang terus berlangsung hampir tiap bulan. Apakah itu terstruktur atau tidak terstruktur, memang kita melihat di dalam komposisi isu-isu yang terkait dengan PKI dan TKA, ada beberapa komposisi yang terdiri atas mereka yang berasal dari akun-akun mesin. Jadi bukan hanya akun manusia, tapi ada juga mesin.

Dan di sisi lain juga, isu-isu kalau dia dianggap seksi, dia akan terus berada di media sosial. Karena akan terus dibicarakan, kan akhirnya dia muncul, dan muncul, dan muncul (terus).

Data lainnya, apa lagi?

(Untuk) Data sebenarnya kita cukup banyak ya, terkait dengan isu hoaks lebih banyak ke sini. Tapi kita melihat sebenarnya kita ini sedang menuju pesta demokrasi.

Pesta demokrasi, namanya pesta, jadi ternyata kaum milenial dan netizen di media sosial baik di Facebook maupun Twitter, (itu) mereka mengutarakan kegembiraan mereka. Jadi setiap bulan misalnya, percakapan yang ditujukan misalnya kepada paslon nomor 01 bisa mencapai 5 juta, paslon nomor 02 bisa mencapai 4 juta setiap bulan. Dan mereka itu rata-rata berasal dari 100 ribu akun, dan ini adalah kelompok milenial Facebook.

Jadi ternyata, kalau kita bicara soal kaum netizen dan milenial, ada 63,39 (persen) netizen itu dari Facebook, mereka tidak mengutarakan preferensi politiknya secara terbuka di timeline mereka. Artinya bukan berarti mereka tidak punya pilihan, ya. Mereka punya pilihan, tapi mereka sungkan untuk menyampaikan itu kepada masyarakat secara terbuka. Sementara sisanya, mereka sudah punya pilihan. Ada yang ke 01, ada yang milih 02, ada juga yang galau. Ini kalau di Facebook.

Di Twitter juga bisa kita lihat datanya. Kalau di Pilpres, sebenarnya tadi kelihatan kontestasi bulan ke bulan itu 250 sampai 350 ribu percakapan. Kontestasi ini semakin ketat dari hari ke hari, dan ini sampai tadi malam (28 Maret), persaingan semakin ketat. (Bisa) Kita lihat siapa saja yang banyak bicara soal Pilpres.

Semakin dekat pemilihan (apakah) semakin banyak jumlah pembicaraannya?
Betul sekali. Ada peningkatan cukup tajam khususnya di wilayah Twitter, setiap kali menjelang Pilpres itu terjadi lonjakan yang luar biasa. Kalau dulu sebelum Januari hanya sekitar 1 juta percakapan, tapi sekarang itu bisa mencapai 5,6 juta dalam sebulan, hanya untuk berbicara paslon tertentu. Artinya ada tingkat kenaikan luar biasa terkait dengan jumlah percakapan dan jumlah akun.

Dan ada satu sisi menarik (lainnya) adalah kenaikan jumlah netizen perempuan. Jadi komposisi antara perempuan dan laki-laki bicara politik itu dulunya hanya di bawah 25 persen, mereka sepertinya kurang atau tidak bisa mengekspresikan pilihannya. Tapi ternyata menjelang Pilpres itu 35 sampai 40 persen. Menariknya lagi, setiap debat nih, debat itu rata-rata mencapai 40 persen (netizen perempuan).

(Jadi) Perempuan cukup vokal ya, untuk membicarakan debat?

Betul sekali. Dan hal yang satu lagi adalah terkait kaum milenial. Jadi ternyata, antara 75 sampai 80 persen mereka yang merespon soal politik dan Pilpres (itu) adalah kaum milenial.


Laman: 1 2 3

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->