Connect with us

HEADLINE

Sensasi Niteride Seiber Cycling Comedy ke Puncak Matang Keladan

Diterbitkan

pada

Niteride komunitas Seiber Cycling Comedy ke puncak Matang Keladan. Foto : scc

BANJARBARU, Bersepeda di malam hari (niteride) bagi sebagian goweser -sebutan pesepeda- memang sebagai sesuatu yang lumrah. Apalagi jika dilakukan di jalan raya (on road) baik di kawasan pemukiman, perkampungan atau tengah kota. Namun bagaimana jika niteride dilakukan di tengah hutan dan pegunungan yang jauh dari penerangan? Tidak banyak yang melakukan aktivitas tersebut.

Bersepeda gunung (mountain bike) di malam hari memang kerap dilakukan para goweser di bulan puasa. Agar hobi tetap tersalurkan saat Ramadhan, para goweser biasanya memilih bersepeda di malam hari.

Seperti yang dilakukan 21 goweser Seiber Cycling Comedy yang menempuh trek Simpang Empat Banjarbaru-Matang Keladan, Aranio, Kabupaten Banjar.

Trek on road sepanjang 26 Km menuju pelabuhan waduk PLTA Riam Kanan, ditempuh Seiber Cycling Comedy, pada Sabtu (26/5) malam.

Ketua Seiber Cycling Comedy Bayu Renaldy mengatakan, sensasi niteride tentu berbeda dengan bersepeda di siang hari. “Ada kepuasan yang berbeda dibanding gowes saat terang,” kata Bayu Renaldy, di puncak Matang Keladan.

Menurut Bayu Renaldy, bersepeda gunung di malam hari lebih memicu adrenalin. Tak hanya itu, tantangan juga lebih terasa karena dengan penerangan yang seadanya, goweser dituntut memilih jalur agar tetap stabil di atas sepeda. Kondisi cuaca yang cenderung lebih dingin juga perlu diantisipasi dengan menggunakan jaket atau windbreaker.

Meski demikian Bayu Renaldy mengatakan, aspek keselamatan menjadi hal utama saat komunitas Sungai Besar Cycling Comedy melakukan niteride. “Perlengkapan untuk menunjang safety menjadi prioritas,” kata Bayu.

Bayu juga mengungkapkan, niteride adalah salah satu agenda rutin komunitas bersepeda Seiber Cycling setiap tahun saat puasa. “Khusus tahun ini kita gelar ke puncak Matang Keladan, Aranio, biasanya di trek seputar Banjarbaru saja,” katanya.

Trek Simpang Empat Banjarbaru ke puncak Matang Keladan sepanjang 26 Km ditempuh kurang lebih dalam waktu tempuh 3 jam. “Tadi berangkat sekitar pukul 9-an dari Simpang Empat, sampai puncak Matang Keladan sekitar jam 12-an,” kata Rahman ‘Uka-uka’, salah satu goweser Seiber Cycling Comedy.

Rute paling ‘menyiksa’ bagi goweser saat menuju Matang Keladan adalah ketika hendak mencapai titik puncak tempat wisata di waduk Riam Kanan tersebut. “Trek terakhir yang butuh perjuangan tenaga ekstra, menaiki tanjakan curam di pepohonan karet itu tadi,” kata Rahman ‘Uka-uka’.

Setelah berada di titik puncak Matang Keladan, semua tenaga yang terkuras terbayar dengan pemandangan dari atas puncak Matang Keladan. “Dari atas sini, coba lihat lampu-lampu di bawah sangat bagus, lelahnya langsung hilang,” ucap ayah dua anak ini.

Meski sebenarnya para goweser harus kembali menempuh jalur balik ke Banjarbaru dari Matang Keladan bukan jarak yang dekat, ditambah suasana malam yang menjelang dini hari. “Ini baliknya masih 26 Km lagi baru sampai ke Simpang Empat Banjarbaru,” timpal Gusti Zainal Abidin kepada Kanal Kalimantan.

Perlu diketahui, Niteride alias bersepeda malam di pegunungan membutuhkan persiapan khusus. Selain sepeda yang dirancang untuk medan terjal, MTB di malam hari memerlukan peralatan tambahan dibanding bersepeda di siang hari. Sebut saja lampu penerangan yang mumpuni, jaket, celana panjang, syal untuk menutupi kuping hingga windbreaker (jaket pelindung angin). Peralatan tambahan itu melengkapi aksesoris yang biasa dipakai saat bersepeda siang hari seperti helm, pelindung lutut (knee)hingga pelindung sikut (elbow).

Lampu menjadi faktor utama niteride di pegunungan. Maklum bersepeda di hutan tidak ada penerangan. (bie)

Editor : Abi Zarrin Al Ghifari


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->